Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengantisipasi Dampak Fatal Krisis Iklim dengan Gerakan Ekofeminisme

20 Juni 2024   23:12 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oxfam dan komunitas lokal di NTT dalam penanggulangan banjir, sumber: indonesia.oxfam.org

Adalah Surmi, seorang perempuan hebat asal Indramayu yang harus operasi mata lima kali. Penglihatannya tidak sejernih dulu lagi. Pekerjaan domestik rumah tangga turut terganggu, terutama sejak PLTU Indramayu berdiri kokoh mengeluarkan 'batuk' hitamnya.

Tak hanya kesehatan fisik saja yang terkena imbasnya, hak-hak Surmi untuk mendapatkan penghasilan layak juga mulai terpinggirkan sebab sumber pemasok listrik di daerah Jawa Barat itu. Di balik gemerlapnya penerangan di malam hari, terdapat jiwa-jiwa yang tersakiti.

Hasil panen Surmi menurun, yang tadinya ia bisa meraup 3-4 ton gabah kering panen (GKP), kini ia harus ikhlas melepaskan lebih dari setengahnya atau hanya sekitar 1,5 ton saja yang ia dapatkan dari sekitar 0,7 hektar lahan garapannya.

Kerugian tersebut datang bukan tanpa sebab. Menurut Surmi, sawah-sawah milik warga yang dibebaskan untuk pembangunan PLTU tidak lagi diolah sehingga mengundang tikus-tikus untuk berpesta pora.

Surmi tidak tinggal diam di tempat. Ia bersama rekan-rekan seperjuangan bergabung ke dalam Jaringan Tanpa Asap Batubara Indramayu (Jatayu) untuk menyuarakan hak-hak mereka yang selama ini tidak didengar.

Perjuangan Surmi sedikit membuahkan hasil setelah ia diundang ke Jepang oleh Friends of The Earth, sebuah lembaga pemerhati lingkungan asal Jepang. Surmi bisa sedikit bernapas lega setelah Jepang menarik diri dari pendanaan proyek PLTU Indramayu 2. Keputusan tersebut sejalan dengan komitmen Jepang terhadap krisis iklim. 

Meski begitu, Surmi masih harus berhadapan dengan PLTU Indramayu 1 yang sudah lama beroperasi. Surmi tidak sendiri, ada Surmi-Surmi lainnya yang berjuang untuk menegakkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada sosok Surmi lainnya yang rumah dan sawahnya menyatu dengan lautan, ada Surmi yang lahannya disulap jadi kebun sawit, dan ada Surmi yang lingkunganya tercemar.


Bumi Pertiwi yang Kesakitan dan Bagaimana Ekofeminisme Menghadapinya

Surmi adalah contoh nyata dari bumi pertiwi yang meronta-ronta kesakitan.

Surmi sudah melahirkan seorang anak, bumi pertiwi sudah memberi sebuah anugerah sumber daya alam melimpah. Surmi disakiti oleh kehadiran PLTU sehingga harus menjalankan operasi mata, bumi pertiwi rusak di setiap sudutnya sehingga butuh dana yang jauh lebih besar untuk menyembuhkannya. Surmi tidak seproduktif dulu lagi, bumi pertiwi sudah tidak sekaya dulu lagi. Bumi pertiwi mengadili dengan bencana-bencana yang terlihat di depan mata.

Kutipan di atas menegaskan bahwa hubungan antara bumi dan seorang perempuan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Secara konseptual dan simbolik cukup jelas, bumi dan perempuan sama-sama melahirkan, merawat, menyayangi, menghidupi, dan sewaktu-waktu juga bisa menghancurkan. Dari sini lalu muncul istilah-istilah yang identik dengan istilah perempuan seperti ibu bumi, bumi pertiwi, badai katarina, dan aurora.

Secara substansial, ekofeminisme merupakan penggambaran yang tepat untuk menjelaskan keterkaitan antara bumi dan perempuan.

Warren mendefinisikan ekofeminisme sebagai jalinan hubungan atau interkoneksi yang kuat antara perempuan, liyan (isu dominasi, eksploitasi, dan kolonisasi), dan alam. Kerusakan alam sama artinya dengan kematian perempuan dan anak-anak karena kedua kelompok tersebutlah yang paling terdampak jika alam ini rusak. Oleh sebab itu isu-isu yang berkaitan dengan alam juga adalah isu feminisme.

Ekofeminisme hadir bukan tanpa cela. Ni Nyoman Oktaria Asmarani menjelaskan bahwa alam bukan persoalan gender atau manusia melainkan isu setiap entitas di muka bumi. Tidak ada istilah 'perempuan lebih baik dalam merawat alam ketimbang laki-laki.'

Meski mengkritisi ekofeminisme, Ni Nyoman Oktaria Asmarani menilai bahwa ekofeminisme memiliki nilai-nilai yang dapat mengeratkan perempuan-perempuan yang tertindas untuk bangkit berjuang, terutama di negara-negara dunia ketiga.

Mama Aleta Baun, aktivis lingkungan seperti Surmi mengatakan bahwa ketimpangan gender dan minimnya pelibatan perempuan dalam akses dan tata kelola perlu untuk dibenahi. Tujuan mulia dari gerakan ekofeminisme adalah menuntut keadilan lingkungan dan menentang dominasi dan eksploitasi berlebihan terhadap alam.

OXFAM dan Transisi Energi Adil

Perjuangan Surmi dan kelompok rentan lainnya perlu untuk terus digaungkan. Mereka butuh ruang untuk didengar dan dilibatkan dalam proses transisi energi yang adil.

Oxfam merupakan konfederasi internasional yang fokus pada gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Kehadiran Oxfam di Indonesia sejak tahun 1957 merupakan angin segar, terlebih bagi mereka kaum marginal.

Oxfam dan komunitas lokal di NTT dalam penanggulangan banjir, sumber: indonesia.oxfam.org
Oxfam dan komunitas lokal di NTT dalam penanggulangan banjir, sumber: indonesia.oxfam.org

Oxfam tidak hanya menggandeng pemerintah dan masyarakat sipil, komunitas lokal juga turut diberdayakan. Perubahan yang ingin dicapai adalah keadilan gender, keadilan ekonomi, dan hak-hak dalam krisis. 

Sayangnya Oxfam Indonesia hanya menjangkau 7 provinsi saja, sedangkan perubahan-perubahan yang ingin dicapai tersebut juga adalah hak dari seluruh provinsi di Indonesia. 

Transisi energi memang perlu disegerakan namun jangan sampai transisi energi justru meminggirkan kelompok-kelompok tertentu. Kini Surmi, perempuan-perempuan hebat, dan kelompok terpinggirkan lainnya sedikit mulai bisa bernapas lega. Banyak tangan peduli yang tidak tinggal diam melihat situasi mengkhawatirkan di depan, termasuk kehadiran Oxfam yang selalu berusaha mewujudkan transisi energi yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun