Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengantisipasi Dampak Fatal Krisis Iklim dengan Gerakan Ekofeminisme

20 Juni 2024   23:12 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:09 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah Surmi, seorang perempuan hebat asal Indramayu yang harus operasi mata lima kali. Penglihatannya tidak sejernih dulu lagi. Pekerjaan domestik rumah tangga turut terganggu, terutama sejak PLTU Indramayu berdiri kokoh mengeluarkan 'batuk' hitamnya.

Tak hanya kesehatan fisik saja yang terkena imbasnya, hak-hak Surmi untuk mendapatkan penghasilan layak juga mulai terpinggirkan sebab sumber pemasok listrik di daerah Jawa Barat itu. Di balik gemerlapnya penerangan di malam hari, terdapat jiwa-jiwa yang tersakiti.

Hasil panen Surmi menurun, yang tadinya ia bisa meraup 3-4 ton gabah kering panen (GKP), kini ia harus ikhlas melepaskan lebih dari setengahnya atau hanya sekitar 1,5 ton saja yang ia dapatkan dari sekitar 0,7 hektar lahan garapannya.

Kerugian tersebut datang bukan tanpa sebab. Menurut Surmi, sawah-sawah milik warga yang dibebaskan untuk pembangunan PLTU tidak lagi diolah sehingga mengundang tikus-tikus untuk berpesta pora.

Surmi tidak tinggal diam di tempat. Ia bersama rekan-rekan seperjuangan bergabung ke dalam Jaringan Tanpa Asap Batubara Indramayu (Jatayu) untuk menyuarakan hak-hak mereka yang selama ini tidak didengar.

Perjuangan Surmi sedikit membuahkan hasil setelah ia diundang ke Jepang oleh Friends of The Earth, sebuah lembaga pemerhati lingkungan asal Jepang. Surmi bisa sedikit bernapas lega setelah Jepang menarik diri dari pendanaan proyek PLTU Indramayu 2. Keputusan tersebut sejalan dengan komitmen Jepang terhadap krisis iklim. 

Meski begitu, Surmi masih harus berhadapan dengan PLTU Indramayu 1 yang sudah lama beroperasi. Surmi tidak sendiri, ada Surmi-Surmi lainnya yang berjuang untuk menegakkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada sosok Surmi lainnya yang rumah dan sawahnya menyatu dengan lautan, ada Surmi yang lahannya disulap jadi kebun sawit, dan ada Surmi yang lingkunganya tercemar.


Bumi Pertiwi yang Kesakitan dan Bagaimana Ekofeminisme Menghadapinya

Surmi adalah contoh nyata dari bumi pertiwi yang meronta-ronta kesakitan.

Surmi sudah melahirkan seorang anak, bumi pertiwi sudah memberi sebuah anugerah sumber daya alam melimpah. Surmi disakiti oleh kehadiran PLTU sehingga harus menjalankan operasi mata, bumi pertiwi rusak di setiap sudutnya sehingga butuh dana yang jauh lebih besar untuk menyembuhkannya. Surmi tidak seproduktif dulu lagi, bumi pertiwi sudah tidak sekaya dulu lagi. Bumi pertiwi mengadili dengan bencana-bencana yang terlihat di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun