Kapal induk China berada di posisi kedua atau hanya satu tingkat di bawah Amerika Serikat, sedangkan untuk kapal perang fregat China berada di urutan teratas. Jumlah kapal perang pengangkut helikopter dan kapal selam China masing-masing menduduki peringat ketiga dunia.
Sementara itu Indonesia hanya unggul dari China dalam hal jumlah total kapal patroli lepas pantai, di mana Indonesia meraih peringkat ketiga sementara China peringkat kelima.Â
Selain di bidang pertahanan yang kalah, Indonesia juga tertinggal dalam urusan olahraga akuatik. China adalah satu-satunya perwakilan Asia yang berhasil masuk empat besar negara peraih medali terbanyak di cabor renang dalam Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020. Sementara Indonesia bahkan tidak masuk dua puluh besar.
Dalam Kejuaraan Akuatik Dunia 2023 di Fukuoka Jepang, China menduduki peringkat dua dengan jumlah total medali sebanyak 394. Cabor yang dilombakan bervariasi mulai dari renang, loncat indah, renang perairan terbuka, renang artistik, menyelam, sampai polo air. Sementara Indonesia bahkan enam puluh besar saja tidak masuk padahal negara tetangga seperti Malaysia masuk posisi empat puluh besar.
Jalan Panjang Menuju Poros Maritim Dunia
Poros Maritim Dunia tidak hanya sekadar wacana di siang bolong, poros maritim adalah bagian penting dalam Nawacita yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada tahun pertama jabatannya.
Agenda Poros Maritim Dunia dipilih karena Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan sudah saatnya bangsa Indonesia memimpin maritim dunia. Ada begitu banyak potensi menyertai Indonesia di balik agenda Poros Maritim Dunia.
Agenda Poros Maritim Dunia memiliki lima pilar yakni pembangunan kembali budaya maritim, pengelolaan sumber daya laut, pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan membangun kekuatan pertahanan maritim. Kelima pilar tersebut adalah modal awal Indonesia sebagai kiblat maritim dunia.
Namun sudah satu dekade sejak agenda Poros Maritim Dunia dideklarasikan sejak 2014, jalan menuju Nawacita itu masih cukup panjang. Menurut Evan Laksana, perhatian Presiden Jokowi terhadap isu maritim justru menurun ketika ia kembali dilantik menjadi presiden 2019 silam. Akibatnya kelima pilar belum benar-benar berjalan maksimal.
Beberapa fakta ketertinggalan kita dengan China merupakan alarm nyata, betapa Poros Maritim Dunia masih jauh dari ideal.
Memori Kolektif Bangsa Pelaut