Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalaman Saya Menerapkan Kurikulum Merdeka yang Humanis

2 April 2023   08:12 Diperbarui: 5 April 2023   08:05 5270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Bukti Karya pada platform Merdeka Mengajar, sumber: tangkapan layar pribadi


Karena siswa saya berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak meminta mereka menceritakan perihal daerahnya. Saya sangat terbantu akan hal ini terutama ketika mengajar bab Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus.

Karena semua siswa saya beragama Islam, juga tidak ada alasan bagi saya untuk melarang mereka mengutip ayat dan hadis selama masih dalam koridor.

Tentu tidak semua sekolah harus mengikuti cara yang sama. Inilah salah satu kelebihan Kurikulum Merdeka, tidak ada paksaan sama sekali, semua disesuaikan kebutuhan masing-masing sekolah.

Tentu akan beda ceritanya antara sekolah di desa dengan yang ada di kota, sekolah berbasis pesantren seperti sekolah saya dengan sekolah non pesantren atau non asrama, atau sekolah negeri dengan sekolah swasta. Masing-masing punya keunikannya sendiri-sendiri, sama seperti siswa, sekolah juga tidak bisa disamaratakan.

Ketiga, materi esensial. Kurikulum merdeka tidak mengenal materi bejibun yang malah membuat siswa puyeng. Guru diberi keleluasaan untuk memasukkan materi yang sekiranya memang dibutuhkan siswa.

Seperti saya yang turut memasukkan materi moderasi beragama di mapel PPKn sebagai bentuk penjabaran dari sila pertama. Hal ini karena siswa saya semuanya beragama Islam jadi penting bagi mereka agar menghargai dan menghormati keberadaan agama lain. Sekolah bahkan punya agenda khusus mengundang penganut agama lain ke sekolah untuk berbincang-bincang langsung dengan peserta didik. 

Tak hanya mengundang penganut agama-agama yang diakui pemerintah saja, sekolah saya pernah dua kali mengundang pemeluk agama Yahudi dari Amerika Serikat. Bukan berarti kalau kita mengundang penganut Yahudi, lantas kita mendukung kedaulatan Israel. Karena memang tidak semua umat Yahudi setuju dengan pendirian negara Israel.

Di materi moderasi beragama, saya juga meminta siswa saya membuat poster digital ajakan bertoleransi dan menyuruh mereka mengunggahnya di media sosial miliknya. Saya ingin mereka memberi pengaruh, setidaknya kepada teman-teman maya mereka.

Belajar menjadi agen moderasi beragama di media sosial, sumber: dokumentasi pribadi
Belajar menjadi agen moderasi beragama di media sosial, sumber: dokumentasi pribadi

Saya juga rencana akan memasukkan materi berkaitan dengan sidang simulasi PBB atau MUN. Meski materi tersebut tidak ada di dalam buku pegangan, saya kira hal ini penting untuk melatih siswa berpikir lebih kritis sekaligus berlatih berbicara bahasa Inggris.

Keempat, kolaborasi. Poin ini adalah tonggak keberhasilan dari poin-poin di atasnya. Melalui platform Merdeka Mengajar, setiap tenaga pendidik bisa saling mendukung dan berbagi dengan tenaga pendidik lainnya. Saya pun turut terbantu dengan platform ini, beberapa kali saya pun mendapat inspirasi mengajar dari sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun