Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Abdee Slank Jadi Komisaris Telkom: Dulu Menolak Kini Ayok, Persis dengan yang Sudah-sudah!

29 Mei 2021   16:29 Diperbarui: 29 Mei 2021   16:32 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdee Slank saat mencoblos. Sumber: Kompas.com/Andika Adita

Kabar mengejutkan datang dari perusahaan plat merah, Telkom. Pada Jumat (28/5/2021), Telkom mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) lalu diangkatlah Abdee Slank menjadi komisaris Telkom. 

Kenapa kok dibilang mengejutkan? Karena dulu Abdee Slank merupakan pendukung Jokowi dan menginisiasi "Konser Akbar Salam Dua Jari," di GBK pada 2014 silam. Tak berhenti sampai situ, pada Pilpres berikutnya, Abdee Slank kembali mengisi konser dukungan terhadap Jokowi-Maruf pada 2019 yang lalu.

Dua kali berturut-turut mengisi konser kampanye bukanlah sesuatu yang biasa. Tentu ada indikasi komunikasi politik yang dilakukan untuk mendulang suara apalagi Abdee Slank ini cukup populer dan dekat dengan kaum milenial.

Nah, pertanyaan klasiknya adalah, dulu Abdee Slank bilang tidak mau berkarir di luar musik. Dia juga mengungkapkan kalau ada tawaran politis, dia akan menolak. Itu dulu, sekarang lain lagi.

Saya mendadak teringat, beberapa tokoh yang tadinya menolak jika ada tawaran politis lantas mendadak berubah haluan. Tidak hanya satu, tapi buanyak. 

Pertama, Sandiaga Uno. Dia menyatakan menolak jika nanti ada tawaran masuk di jajaran pemerintahan. Dia katanya ingin tetap berada di luar pemerintahan. Begitu seperti yang disampaikan Jubir Ketum Gerindra Dahnil Anzar pada 2019 silam.

Lantas beberapa tahun kemudian, nyatanya tawaran untuk menjadi menteri pariwisata diterima juga. Siapa sih mau menolak tawaran jabatan begitu, gaji dapat dan tunjangan apapun lancar.

Kedua, Tri Rismaharini. Pentolan PDI-P yang menjadi walikota Surabaya tersebut dulunya menolak tawaran untuk masuk jajaran kabinet. Katanya sih ingin membenahi Surabaya dulu. Dia merasa tidak enak jika harus meninggalkan Surabaya sementara banyak pekerjaan yang perlu dibereskan di sana.

Namun lagi-lagi itu dulu, setelah ada tawaran dari Jokowi, tiba-tiba Tri Rismaharini sudah dikenalkan Jokowi menjabat sebagai menteri sosial. Dan dia tidak melupakan kebiasaan lamanya yang sering turun ke lapangan, gorong-gorong, tempat kumuh dan sebagainya. Meski kontroversial, popularitas Tri Rismaharini tidak pernah pudar karena selalu ada pengikut fanatik di belakangnya.

Ketiga, Gibran. Dulu putra sulung Jokowi ini benar-benar ogah untuk terlibat dalam dunia politik. Katanya, dia tidak ingin terjun di dunia kuning, merah, putih, hijau, dan warna-warni partai politik lainnya. Pada 2018, ketika bersilaturahmi dengan AHY, Gibran juga dengan tegas menyatakan tidak mau terlibat dalam dunia politik praktis. Katanya mau fokus di dunia bisnis saja.

Lain dulu, lain kemudian. Tak lama dari situ, Gibran tiba-tiba mencalonkan diri sebagai walikota Solo, meneruskan jejak ayahnya yang juga dulu mulai dari sana.

Sebenarnya ada banyak tokoh-tokoh lain, yang dulunya ngomong A tiba-tiba berubah jadi Z. Yang tadinya menolak akan menjabat, mencalonkan diri, terlibat politik, dll, tiba-tiba sudah di atas panggung saja.

Sama seperti apa yang dikatakan oleh Ganjar, Anies, Ridwan Kamil, AHY, dll. Bisa jadi mereka tiba-tiba beneran mencalonkan diri menjadi calon presiden meski saat ini menolak jika ada pertanyaan seperti itu.

Saya pun mendadak jadi apatis, saya dulu kagum dengan tokoh besar tapi konsisten di bidang pemberdayaan, kepemudaan, dan kebencanaan yang berkata tegas tidak akan terjun ke dunia politik meski tawaran datang silih berganti. Namun semua itu hanya manis di awal saja. 

Sebenarnya tidak sepenuhnya salahnya juga sih join di dunia politik, mau komisaris, dirut, menteri atau presiden sekalipun asalkan bisa konsiten dalam menyejahterakan rakyat, bukan korupsi.

Namanya juga manusia. Hati manusia selalu berbolak-balik, makanya ada doa supaya hati kita selalu ditetapkan dengan keteguhan yang diberkahi oleh-Nya. Makanya saya juga tidak begitu fanatik dengan tokoh A, B, C sampai Z. Yang saya idolakan tetap Nabi Muhammad, semoga kita termasuk salah satu pengikutnya di hari akhir nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun