Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenapa Gencatan Senjata di Korut Berhasil tapi di Palestina Gagal?

22 Mei 2021   19:18 Diperbarui: 22 Mei 2021   19:30 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arak-arakan klaim kemenangan Palestina atas Israel. Sumber: AP Photo/Hassan Ammar melalui Kompas.com

Lantas kenapa kita perlu belajar dari Korut? Korut memang sedang melakukan gencatan senjata dengan Korsel, sehingga tidak ada serang-menyerang seseram Israel dengan Palestina. 

Dibangunnya Zona Demiliterisasi Korea(DMZ) membuat kedua negara sedikit lebih stabil, meski kadang ada bumbu-bumbu pertikaian antara tentara Korut dengan Korsel, namun tidak sampai separah pertikaian Israel dengan Palestina. 

Korban dan kerugian dari ketegangan Korut dan Korsel pun tidak sedahsyat Israel dan Palestina. Hanya saja, sesekali Korut pamer kekuatan nuklir di laut tapi tidak sampai meledakkan ke wilayah Korsel. 

Korut hanya memakai gertakan sambal saja, sementara antara Palestina dan Israel sudah menjadi zona perang sungguhan, kapan saja bisa saja terjadi perang dan perang lagi.

Alasan lainnya, wilayah Korut hanya satu dan pemimpin mereka juga satu. Tidak ada oposisi yang berani berbicara lantang melawan kekuasaan keluarga Kim Jong Un. Bukan berarti saya mendukung keotoriteran Korut, hanya saja satu kepemimpinan akan lebih mudah mengakomodasi rakyatnya ketimbang banyak kepemimpinan atau oposisi yang saling menyalahkan. Ini sama seperti yang terjadi di Suriah, Yaman, dan Libya. 

Sedangkan di Palestina, wilayah mereka terbagi menjaid dua, antara Gaza dan Tepi Barat. Keduanya berjarak cukup jauh sehingga baik warga Gaza atau Tepi Barat sedikit tidak terkoneksi. Ditambah lagi Gaza memiliki sosok kepemimpinan Hamas sedangkan Tepi Barat memiliki sosok kepemimpinan Fatah. Dualisme ini tentu saja menghambat perdamaian. Kadang saya berpikir, kenapa tidak dibuat saja Negara Gaza dan Negara Tepi Barat (sama seperti Korut dengan Korsel) jika kedunya tidak atau enggan bersatu begitu pula dengan negara-negara Timteng yang masih konflik sampai saat ini (ini hanya satir yah!).

Sedangkan meski Korut dan Korsel sering berseteru, keduanya berasal dari nenek moyang yang sama dan keduanya jelas-jelas memiliki kepemimpinan masing-masing dan negara atau kebangsaan yang berbeda. 

Israel dan Palestina memiliki nenek moyang yang berbeda, keduanya saling klaim siapa penghuni asal negeri mereka. Ditambah, Palestina memiliki dualisme kepemimpinan dalam satu negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun