"Loh, sah-sah saja dong. Namanya artis, hawanya ingin menceritakan semua tetek bengek kehidupan. Semakin dibicarakan semakin duit iklan datang," kelakar netizen maha benar lainnya.
Kedua, eksploitasi reproduksi yang terus dijadikan konten. Poin kedua berkaitan erat dengan poin pertama. Kondisi mental tentu akan berpengaruh jika komentar-komentar buruk dari netizen terbaca oleh calon ibu. Namun seperti kekurangan bahan atau memang sengaja dijadikan konten, Atta dan Aurel terlihat menjalani kehidupan bahagianya di layar.
Standar bahagia yang general akhirnya lahir dari sini. Seolah-olah, bahagia adalah ketika menjadi Atta dan Aurel. Bahkan banyak anak-anak sekarang bercita-cita menjadi seperti Atta atau Aurel. Katanya hidup kaya dan tak pernah susah.
Namanya juga era media sosial, semua yang diunggah tentu harus yang bahagia-bahagia saja, sedangkan yang kurang bahagia cukup disimpan di hati saja. Tapi tahunya berita kesedihan juga diunggah (saya jadi ingat penggebrekan istri salah satu komedian yang katanya sedang selingkuh).
Konten-konten reproduksi Aurel pun tak pernah berhenti. Seolah-olah Aurel bakal menjadi ibu secepatnya padahal kan usia kandungannya masih sangat muda. Dukungan demi dukungan memang datang, namun dukungan tersebut malah menjadi bahan konten baru. Alhasil konten reproduksi lagi yang dibahas, termasuk tulisan ini sih, hehe.
Ketiga, program hamil kedua. Konten ini berkaitan dengan poin kedua. Harusnya Atta mengijinkan Aurel istirahat dulu, menenangkan Aurel dari dunia keriwehan di saat mengandung calon buah hati. Kesehatan mental itu nyata, tak mengenal siapa, semua bisa terserang dengan mudah kapan saja, termasuk calon ibu.
Kalau saya jadi Atta, saya akan bersemedi atau menjauh dulu dari segala kemodernan. Eh tapi kalau jauh dari kemodernan, Atta dapat duit dari mana yah?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H