Tujuannya, selain ajang silaturahmi, juga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Lantas bagaimana eksistensi halalbihalal di masa pandemi?
Saya rasa akan sulit mengadakan halalbihalal, karena agenda tahunan ini identik dengan salam-salaman secara langsung dan diadakan di ruang tertutup atau aula besar. Meski ada versi atau alternatif halalbihalal daring, tapi sejauh ini, di lingkaran saya belum ada undangan halalbihalal virtual (undangannya juga biasanya lewat medsos) mendarat di ponsel atau tangan dan sepertinya agenda tersebut bakal absen dulu seperti tahun kemarin.
Kenapa? Karena biasanya halalbihalal yang saya ikuti itu diselenggarakan di hotel. Sedangkan hotel melarang kerumunan massal. Biasanya setiap tahun, organisasi alumni Pesantren Tebuireng asal Pemalang, Pekalongan, dan Batang sering mengadakan halalbihalal antara para alumni, santri, dan kiai atau ustaz Tebuireng untuk memberi ceramah. Halalbihalal tersebut selain ajang silaturahmi juga ajang nostalgia dengan kawan pesantren baik yang sudah sukses maupun yang sedang merintis kesuksesan.
Selain itu, halalbihalal pun sulit diagendakan di tahun ini karena banyak pesertanya yang tidak pulang kampung. Ini menjadi problematika tersendiri. Halalbihalal di instansi pun tidak menunjukkan hilal. Semoga tahun depan, ada undangan halalbihalal dan pandemi segera pergi (meski agak pesimis karena Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda bakal hilang di waktu dekat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H