Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dua Wajah Musa: Yang Satu Teladan, Satunya Lagi "Ngepet"

3 Mei 2021   21:37 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:41 3584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar Laut Merah, tempat Nabi Musa membelah laut dengan tongkat ajaibnya/Dokpri

Sebagian pengikut Nabi Musa terpesona dengan keajaiban yang terjadi. Mereka mengkhianati Nabi Musa dan melupakan ajaran Tauhid yang dibawakan oleh Nabi Musa.

Musa Samiri pun terkena azab yang pedih berupa penyakit kulit. Semasa hidupnya, Musa Samiri berjuang untuk mengurangi rasa sakit tersebut namun dia tidak bisa.

Berangkat dari kisah dua wajah Musa ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa menyekutukan Allah dalam bentuk apapun adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Dan bukanlah jaminan kuat bahwa nama yang indah akan mengantarkan si pemilik nama kelak akan berperilaku dan hidup seperti maknanya. Meski dua-duanya bernama Musa, keduanya memiliki ciri dan watak yang berbeda.

Istilah 'ngepet' atau memelihara peliharaan atau sejenisnya untuk meraih jalan pintas akan kekayaan, jabatan, dan wanita merupakan tindakan syirik. Sudah jauh-jauh hari Nabi Musa memberi peringatan kepada Bani Israil namun mereka selalu merasa tidak puas dan banyak pertanyaan-pertanyaan untuk menyangkal.

Bahkan ketika Nabi Musa menerima wahyu dan berdialog dengan Allah, 70 pengikutnya merasa tidak puas. Mereka ingin secara langsung berbincang dengan Tuhannya Musa. Sampai akhirnya mereka disamber geledek hingga mati karena menduga Nabi Musa memakai sihir. Namun Nabi Musa memaafkan mereka lalu mereka dihidupkan kembali. 

Ada banyak versi tentang kisah Nabi Musa dan Musa Samiri ini, namun saya mengambil versi di atas karena lebih umum dan paling saya ingat dari kecil. Mungkin ini salah satu alasan orang tua saya memberikan nama kepada saya dengan Musa, supaya saya bisa meneladani sikap Nabi Musa, bukan Musa Samiri yang memelihara patung anak sapi 'ngepet'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun