Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mending PTS dengan Jurusan yang Diminati atau PTN dengan Jurusan Asal-asalan?

11 Januari 2021   22:19 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:24 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilih kampus ibarat pilih pasangan hidup. Jika tidak cocok, kita akan menjalani hari demi hari dengan perasaan hampa. Kuliah akan membosankan dan pada akhirnya kita terpaksa pasang muka bahagia pada keluarga meski sebenarnya sebaliknya.

Sebagian orang yang merasa dirinya pinter, barangkali pilih kampus merupakan urusan sepele. Lain lagi bagi mereka yang merasa otaknya pas-pasan. Ini berlaku untuk kampus negeri favorit dengan pesaing yang membludak.

Seringkali PTN dijadikan ukuran keberhasilan siswa tingkat akhir. PTN pun sering diincar sampai-sampai lembaga bimbel berseliweran di mana-mana, menawarkan janji manis diterima PTN jika mengambil paket belajar khusus.

Ada sedikit anekdot, mereka kadang sering bilang, tak apa bukan jurusan yang diminati asal bisa masuk PTN. Jurusan yang kurang diminati ini kadang adalah jurusan dengan sepi peminat atau jurusan yang baru dibuka sehingga akreditasinya masih dipertanyakan.

Waktu kita disodorkan tiga pilihan, kita pun akan memprioritaskan urutan pilihan berdasarkan jurusan yang paling diminati. Sementara pada pilihan paling bawah adalah jurusan asal-asalan.

Tak sedikit teman saya yang begitu. Ketika saya S 1 dulu di kampus negeri pinggiran Jakarta, sebagian adalah mereka yang ditolak di pilihan pertama dan kedua. Pilihan ketiga dianggap pilihan yang penting diterima PTN.

Alhasil, mereka menjalankan kuliah dengan setengah hati. Ada pula yang tiba-tiba ikut seleksi lagi tahun depannya lalu meninggalkan kuliah yang sudah setahun dijalankan. Padahal itu sama artinya dengan buang-buang uang dan tenaga. Tapi tak apa, selama mereka bisa bermuara di PTN dengan jurusan yang diminati.

Lalu apa salahnya dengan PTS tapi di situ ada jurusan yang kita minati?

Sebenarnya sekarang ini PTS juga mampu bersaing dengan PTN. Sudah banyak PTS yang kualitasnya sebagus PTN. Seleksinya pun bisa dibilang ketat. Meski kalau sudah diterima kita harus menerima konsekuensi dengan biaya yang tidak murah.

Kalau begini, mending PTS dengan jurusan yang diminati atau PTN dengan jurusan asal-asalan?

Menurut pandangan saya, lihatlah dulu profil PTS, PTN, dan jurusan yang kita pilih. Apakah di jurusan tersebut sudah terakreditasi dengan baik? Bagaimana dengan profil lulusannya? Dosennya, lingkungannya, dan yang pasti biayanya?

PTS dengan jurusan yang diminati tapi akreditasnya masih abal-abalan mending PTN dengan jurusan asal-asalan tapi akreditasnya lebih bagus. Kalau jurusan keduanya sama-sama berakreditas bagus, hemat saya mending pilih yang PTS karena kita kuliah itu akan berhadapan dengan segudang materi dan teori. Kalau kita memaksakan diri, otak bisa meledak.

Saya dulu kuliah hanya ingin mengambil jurusan Hubungan Internasional, tak peduli swasta atau negeri asal murah karena saya suka membaca berita internasional dan berdebat sewaktu SMA. Saya bahkan sampai ditolak lima kali baik PTN maupun PTS dan akhirnya diterima dua kali di PTN dengan jurusan yang sama-sama saya minati.

Saya pun berusaha mendaftar beasiswa sana sini, sampai akhirnya diterima di sebuah beasiswa bergengsi di Jabodetabek.

Setelah menjalani kuliah selama empat tahun, ternyata dunia pasca kampus lebih rumit. Kita dihadapkan pada pilihan yang lebih berat. Pada akhirnya kita akan tetap bersaing dengan semua jenis kampus sebelum masuk ke dunia kerja.

Ketika saya bekerja pun, saya menemukan teman saya yang kuliah di swasta dan ada pula yang kuliah di negeri. Masing-masing tak bisa dilihat sekilas mata, dari mana dulu mereka kuliah. Kita hanya mengenakan jaket almamater ketika ada acara penting saja bukan? Ketika lulus, entah di mana jaket almamater itu berada.

Apa iya, mereka akan memamerkan diri pernah kuliah di kampus negeri A di hadapan rekan kantor? Kan tidak!

Pada akhirnya saya memilih undur diri dari pekerjaan karena saya ingin mendalami keilmuan S 1 saya. Pun ternyata pekerjaan itu bukanlah passion saya. Saya pun mencoba pilih kampus lagi untuk S 2, namun semuanya sama saja, asal saya bisa kuliah di jurusan yang saya minati plus dengan beasiswa. Saya pun akhirnya menjalani kuliah, Alhamdulillah dengan beasiswa lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun