Gadis itu bilang, saya bisa mengembalikan CD itu kapan saja saya mau. Dari CD itu pula saya mulai suka mendengarkan radio. Jika kakakku sedang tidak mendengarkan lagu Malaysia, saya mencari-cari lagu Westlife. Lagi-lagi sulit menemukan lagu Westlife di radio lokal.
Selanjutnya, ketika ayah memasang telepon rumah, saya mulai berani mengirim-ngirim salam dan request lagu Westlife. Saya sering mengirim pesan ke gadis itu, dan sebab saya ingin mendengarkan lagu Westlife.
Bisa dibilang, itu adalah cinta monyet pertamaku. Namanya masih bocah, rasa suka hanya didasarkan pada keakraban semata. Lagu Westlife seolah menjadi media komunikasi kami.
Selain memiliki iringan musik yang bersemangat, saya suka gaya Westlife. Dia merupakan salah satu perintis boyband di dunia permusikan. Boyband 90s sangat berbeda jauh dengan boyband saat ini.
Boyband seperti Westlife ini tidak sering menari atau berjoget, mereka lebih mengedepankan aspek vokal dan musik. Koreografi menari bukan hal yang ditonjolkan. Sementara boyband saat ini, lebih ingin menonjolkan semua aspek, mulai dari paras, kemampuan menari, dan vokal. Seolah-olah harus sempurna dari dalam sampai luar.
Pun boyband saat ini didominasi Korsel, macam BTS dan Blackpink. Sementara boyband barat sebagai perintis mulai mengalami senjakala.
Kini, Westlife kembali reuni meski tidak seenergik pada awal-awal kemunculannya di akhir abad 20, meski begitu ada beberapa lagu barunya yang menyantol di hati seperti Hello My Love.
Mendengar lagu Hello My Love serasa bernostalgia dengan lagu My Love. Kedua lagu itu sering menjadi playlist di ponsel pintar, sekarang pun tak sulit untuk mendengarkan lagu dari Westlife, tinggal buka aplikasi pemutar musik daring, semua tersedia. Berbeda dengan dulu, harus pinjam CD atau beruntung dapat lagu yang diinginkan di radio baru bisa mendengarkan lagu Westlife.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H