Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Meski Sulit Dipahami, Ini Pesan yang Kutangkap dari Buku Paulo "Sang Penyihir dari Portobello"

19 November 2020   18:16 Diperbarui: 19 November 2020   18:17 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Athena tidak berhenti sampai di situ. Dia juga ingin mencari ibu kandungnya di sebuah daerah di Rumania. Ada juga kisah Athena berkelana ke Dubai setelah dipercaya manajer Bank tempatnya bekerja.

Banyak rentetan kejadian yang menarik namun sulit untuk kutangkap alurnya. Mungkin karena efek terjemahan atau karena saya yang kurang sedikit teliti membacanya.

Meski sulit kutangkap alur ceritanya apalagi banyak sekali tokoh di dalamnya, namun saya berhasil meresapi pencarian jati diri Athena untuk tetap hidup, Tuhan yang Maha Kasih dan tarian di tengah pergolakan batin Athena.

Apa hubungannya dengan tarian? Yah, di sini sisi magisnya menurut saya. Athena begitu meresapi tarian dengan musik religi. Athena seorang Nasrani taat. Ia dipercaya membawa aura positif. Ia juga dipercaya orang-orang untuk mengajarinya tarian itu. Sebuah tarian kepasrahan kepada Tuhan.

Gerakan demi gerakan dan filosofi tarian dari Athena telah menghipnotis saya bahwa ada sesuatu di luar kendali kita bahwa seorang tukang baja saja tahu akan hal itu. Ia memukul baja dengan gerakan yang pasti ada perbedaan tekanan meski dilakukan berulang-ulang setiap hari. Ada kerja angin dan pikiran yang melayang di otak yang mana membuat gerakan si tukang baja berbeda.

Ini sama dengan aktivitas manusia di dunia ini.

Meski kegiatan kita dirasa membosankan setiap hari karena itu-itu saja, kita sering lupa bahwa setiap langkah dan gerakan kita menyimpan perbedaan setiap detiknya karena kerja otak pikiran kita tidaklah sama. 

Sebenarnya ada banyak sekali hikmah dari buku Paulo Coelho ini, ia berbicara juga soal cinta, gairah, sukacita dan pengorbanan.

Namun lagi-lagi saya kurang menikmati alurnya, berbeda dengan ketika saya membaca Sang Alkemis. Saya menikmati setiap alur dan pesan yang terkandung di dalamnya. Meski begitu, Sang Penyihir dari Portobello membuat saya yakin bahwa Tuhan selalu punya caraNya untuk membuat hidup kita jauh lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun