Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Ospek Virtual Malah Berbahaya bagi Kesehatan Mental

17 September 2020   18:41 Diperbarui: 17 September 2020   18:44 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini mungkin akan lebih berbahaya lagi karena dobel percikan kemarahan dari orang sekitar yang mulanya kita anggap sebagai orang terdekat. Kampus yang semula diasumsikan sebagai tempat aman dan nyaman untuk mencari kehidupan baru, jusrtu akan berbalik jika galak-galakan masih dibiarkan saat orientasi.

Dalam dunia pendidikan secara umum pun, kemarahan tidak boleh dilampiaskan dengan kekerasan baik verbal atau fisik. Dulu mungkin masih lazim ketika guru atau senior menyabet murid atau juniornya dengan tongkat kayu tapi kini cara itu sudah kuno dan tidak sesuai zamannya. Pun dengan membentak bagai tersambar petir di siang bolong

Kedua, terlalu fokus di dunia layar sampai melupakan yang di depan layar.

Sekarang pandemi memang masih mewabah sehingga semua dilakukan secara virtual untuk menekan angka penyebaran virus.

Begitupula dengan orientasi pengenalan kampus, jika sebelumnya kita berharap mendapatkan teman yang bisa diajak ngobrol secara langsung di auditorium kampus, namun kini semuanya hanya virtual.

Jika sebelumnya kita berharap bisa makan bareng atau main ke kosan teman bareng setelah orientasi maka kini kita harus mengigit jari.

Akibat terlalu menanggapi hal semacam ini secara berlebihan, akhirnya kita hanya mengurung diri di kamar. Kita hanya terpaku pada ospek virtual tapi lupa akan jati diri kita yang sebenarnya di luar virtual.

Kondisi semacam ini pun nyatanya bisa menyebabkan depresi atau gangguan mental. Seperti dikutip dari aladokter, depresi bisa dipicu oleh perasaan terisolasi secara sosial. Akibatnya kita tidak mencari teman di dunia nyata dan hanya fokus di layar saja karena perasaan berlebihan itu.

Kesehatan mental sangatlah berharga, jadi jangan sampai kita terganggu mentalnya hanya karena orientasi kampus. Pun orientasi kampus hanyalah sebuah perantara menuju kehidupan dewasa yang sebenarnya, berbeda saat kita masih berseragam abu-abu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun