Kabar mengejutkan datang setelah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terjun di bawah 5.000.
IHSG yang turun mencapai 5 % ini dipertanyakan oleh publik. Menariknya, pemerintah pusat yang diwakilkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ini menyalahkan Anies Baswedan.
Airlangga menyebutkan lebih lanjut bahwa pengumuman gubernur akan diberlakukannya PSBB pada Rabu (9/9) ini memicu menurunnya IHSG pada Kamis (10/9) pagi.
Kondisi di tengah pandemi ini, roda perputaran ekonomi memang sedang seret. Ibaratnya manusia yang seret, maka diusahakan untuk meminum air agar tidak berlarut-larut seretnya.
Pun dengan pasar saham atau roda perputaran ekonomi, dibutuhkan stimulus maupun kebijakan cerdas dan tepat agar investor tidak terburu-buru dengan keputusannya.
Namun apakah benar kalau IHSG itu turun karena Anies yang terlalu buru-buru mengumumkan akan menerapkan PSBB total di hari Senin 14 September nanti? Atau pernyataan Airlangga ini berkonotasi politis untuk menjatuhkan pamor Anies semata?
Menurut Pilarmas Sekuritas yang dilansir dari cnbc, PSBB total ini akan memberikan dampak buruk secara tidak langsung terhadap kondisi pasar modal dalam negeri, baik itu saham maupun obligasi.
Namun bukan berarti Anies adalah pemicu utama dari rontoknya IHSG. Bisa jadi, hari-hari atau minggu-minggu sebelumnya sudah ada tanda-tanda mau rontok tapi kenyataan pahitnya turun pas Anies mengumumkan akan menerapkan kembali PSBB.
Pernyataan Airlangga ini tentu saja sangat politis, sangat tidak etis menyalahkan satu hal dengan hal lain yang belum tentu kebenaran pastinya.
PSBB total yang dimaksud Anies memang menimbulkan pro dan kontra, namun tujuannya tentu saja agar angka penyintas Covid-19 bisa menurun.
Permasalahan Indonesia bukan hanya soal ekonomi saja tapi lebih luas, termasuk kesehatan.
Tapi bukan berarti Anies adalah malaikat yang selalu benar tanpa ada celah-celah hitam di dalamnya. Apalagi perihal Anies yang mengumumkannya secara mendadak.
Kondisi ekonomi ini tidak hanya fundamental namun juga sentimen jadi harus dipikirkan masak-masak. Tidak ujug-ujug akan menerapkan PSBB total kurang dari seminggu. Begitu kurang lebih pernyataan dari Menko Airlangga.
Sementara Anies beranggapan bahwa masalah Covid-19 semakin serius sehingga tidak ada cara lain selain menarik rem secara darurat atau mendadak.
Ibarat saat kita sedang mengendarai mobil lalu ada orang tiba-tiba menyebrang jalan maka sudah sepatutnya kita menarik rem darurat agar orang tadi tidak tertabrak oleh kita.
Tapi benarkah kondisi di Jakarta memang butuh rem darurat?
Sejauh ini, Jakarta (10/9) masih menempati posisi pertama dengan angka penyintas Covid-19 terbanyak di Indonesia dengan jumlah 49.397 kasus dengan total kematian 1.334 .
Meski total kematian terbanyak masih diduduki oleh Jawa Timur dengan jumlah 2.646 namun Jakarta menganggap butuh rem darurat sedangkan Jawa Timur?
Covid-19 bukanlah soal kejar-kejaran mana provinsi yang paling sedikit dan mana yang paling banyak, namun angka-angka keseluruhan yang menggiris hati karena selalu saja naik tiap harinya.
Jika demikian apakah Anies sudah tepat mengumumkan secara mendadak soal PSBB total yang akan diterapkan? Dan apakah bijak menyalahkan Anies soal anjloknya IHSG?
Covid-19 ini bukanlah masalah buat Anies saja tapi juga semua elemen termasuk pemerintah pusat. Seharusnya tidak perlu terburu-buru menyalahkan anjloknya IHSG karena pemerintah pusat. Pun tak perlu menyalahkan Anies yang terburu-buru mengumumkan PSBB total.Â
Kita hanya perlu duduk bersama, membicarakan mana yang terbaik untuk bangsa ke depannya. Bukan saling menyalahkan satu sama lain karena bangsa Indonesia bukan saja Anies, Airlangga atau Jokowi tapi semuanya dari Sabang sampai Merauke.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H