Seperti yang dikatakan Alex, ketua DPD PDIP Sumbar bahwa Mulyadi - Ali yang datang  duluan untuk meminta diusung partai moncong putih dalam Pilkada mendatang.
Setelah pernyataan Puan viral, Mulyadi-Ali malah mengembalikan surat rekomendasi itu. Ini dikarenakan untuk menghentikan polemik dan asumsi berlebihan baik terhadap Mulyadi-Ali maupun kepada PDIP atau Puan itu sendiri.
Langkah ini mungkin akan meredam suara kebencian berlebihan kepada PDIP oleh masyarakat Sumbar yang heterogen jika Mulyadi -- Ali mengembalikan surat rekomendasi dari PDIP.Â
Ketiga, kebalikan dari poin kedua namun lebih spesifik bahwa pasangan Cagub ini ingin membuktikan bahwa PDIP bukanlah segala-galanya. Selama ini PDIP menjadi partai raksasa di Indonesia dengan jumlah pemilih yang banyak. Apalagi di Pileg tahun kemarin PDIP meraih posisi pertama, pun dengan Pileg sebelumnya.
Dengan meninggalkan partai PDIP, cagub Sumbar seolah ingin berkata bahwa partai lain masih memiliki kesempatan untuk bersinar baik di Pileg, Pilkada, atau Pilpres sekalipun.
Sebuah sejarah memang kerap berulang-ulang seperti roda yang berputar dalam sebuah lingkaran sepeda itu tak selamanya berada di atas kerena roda itu hakikatnya berada di bawah dan di atas.
Begitupula dengan sejarah partai. Bisa jadi PDIP bersinar namun bisa jadi meredup, siapa yang tahu kecuali PDIP mengambil langkah otoriter seperti zaman Orde Baru dulu di mana partai selain beringin hanya simbolis belaka.
Entah, apapun alasan Cagub Sumbar meninggalkan PDIP, semoga Indonesia baik-baik saja kedepannya dan terbebas dari kepentingan politik semata demi berkuasa.