Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengenang Logo HUT RI, dari yang "Underrate" sampai "Overvalue"

11 Agustus 2020   21:00 Diperbarui: 13 Agustus 2020   11:33 3061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntungnya, pada 2015, logo HUT RI mengalami perubahan drastis. Pemerintahan Jokowi memulai ide itu. 

 

Setelah 1 dekade, akhirnya logo HUT RI berganti semakin kreatif, sumber: Kemenkeu.go.id
Setelah 1 dekade, akhirnya logo HUT RI berganti semakin kreatif, sumber: Kemenkeu.go.id

Bagi saya, logo HUT RI itu sakral. Perlu penghayatan mendalam agar pesan kebangsaan mampu tersampaikan kepada masyarakat luas sehingga harus eye catching, simple, dan kreatif.

Selama kurun waktu 2015-2020, desain atau logo HUT RI selalu bervariasi. Elemen-elemen atau unsur-unsur pola dalam logo pun terus diperbaharui. Tidak ada bendera-bendera menggantung di sebelah angka kemerdekaan.

Sebenarnya gambar bendera sangat bagus namun kalau desainer hanya menambahkan bendera setiap tahunnya maka akan terlihat monoton. Pun pemerintah justru akan dianggap kurang kreatif karena ide logonya selalu sama.

Di tahun 2020 ini, logo HUT ke-75 RI semakin bagus. Ada perisai yang mengurung angka 75 di dalamnya. Sayangnya, oleh sebagian orang, ide logo yang menurut saya bagus ini malah dianggap menyerupai atribut keagamaan tertentu.

Logo HUT RI ke 75 yang semakin kreatif, sumber: setneg.go.id via kompas.com
Logo HUT RI ke 75 yang semakin kreatif, sumber: setneg.go.id via kompas.com
Padahal logo HUT RI tahun ini masih jauh mendingan dari pada logo-logo HUT RI edisi tahun ke-60 sampai ke-69 yang underrate. Pun pemerintah sudah menjelaskan bahwa logo HUT RI untuk seluruh bangsa Indonesia, tidak memandang agama atau suku tertentu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun