Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Anji: Pentingkah Gelar Profesor untuk Menciptakan Obat Covid-19?

3 Agustus 2020   12:27 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:34 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anji dan Prof.Hadi Pranoto, sumber: Kompas.com

Baru-baru ini musisi bernama Erdian Aji Prihartanto alias Anji yang kini lebih dikenal sebagai Youtuber membuat video kontroversi (lagi) soal Covid-19. Kali ini Anji menggelar wawancara ekslusif dengan seseorang yang dipanggil oleh Anji sebagai profesor mikrobiologi.

Video berjudul "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah ditemukan!! (Part 1)" yang diunggah pada 31 Juli 2020 ini akhirnya dihapus. Entah dihapus Anji atau dari pihak Youtube. Setelah saya telusuri lebih jauh, berdasarkan pantauan dari Kompas.com, video tersebut ternyata dihapus oleh pihak Youtube karena melanggar Pedoman Komunitas Youtube.

Syukurlah!

Melihat judulnya saja akan membuat orang penasaran. Lalu mengklik laman situs videonya. Bagi orang awam di dunia kedokteran dan kesehatan pasti akan mengangguk-angguk. Percaya begitu saja apa yang dikatakan oleh si narasumber.

Lagi-lagi saya bersyukur karena videonya sudah dihapus.

Si narasumber yang bernama Hadi Pranoto pun mendadak viral di berbagai situs. Nama Anji lebih-lebih viralnya, sampai detik ini (3/08) nama Anji masih bertengger di trending topic Twitter.

Trending topic dari Anji bukan karena karya musiknya melainkan video kontroversinya itu. Padahal sebelumnya saya berharap kalau-kalau Anji mengeluarkan lagu terbarunya, taunya malah bikin ulah (lagi).

Banyak publik mulai mempertanyakan sosok Hadi Pranoto yang diundang Anji tersebut. Apalagi setelah pihak IDI turun tangan dan menyatakan bahwa Hadi Pranoto bukan anggota IDI, serta kredibilitas di bidang mikrobiologi yang masih dipertanyakan.

Tak berhenti sampai di situ, IDI bahkan meminta pihak kepolisian untuk menyelediki Hadi Pranoto lebih lanjut karena telah melakukan pembohongan publik dengan mengklaim telah menemukan obat ampuh Covid-19 yang mampu menyembuhkan pasien dalam waktu dua sampai tiga hari.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto yang sering nonggol di layar kaca ini juga mengatakan bahwa klaim penemuan obat Covid-19 oleh Hadi Pranoto merupakan pembodohan.

Sosok keprofesoran Hadi Pranoto pun dipertanyakan. Apakah dia profesor di sebuah lembaga penelitian, instansi pendidikan tinggi atau profesor abal-abal.

Lantas apakah penting gelar keprofesoran untuk menciptakan sebuah penemuan, lebih spesifiknya obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan pasien?

Kalau menurut saya, di era disruptif seperti ini status keprofesoran sangatlah penting untuk menguji kelayakan sebuah penemuan, terlebih lagi obat. Mungkin di zaman dulu, gelar pendidikan formal tidak begitu penting karena nyatanya banyak seseorang yang ahli di banyak bidang penemuan dan belajar secara otodidak.

Contohlah Ibnu Sina yang pandai di bidang kedokteran namun juga diberi gelar kehormatan di bidang filsafat, sastra, dan agama. Zaman dulu belum ada ijazah dan sertifikasi untuk membuktikan sebuah kepandaian di salah satu bidang.

Jika seseorang dapat membuktikannya secara langsung maka orang itu layak dipercaya di salah satu atau banyak bidang. Sementara zaman sudah berubah. Banyak orang yang pura-pura pintar dan ahli di sebuah bidang dengan jalur alternatif.

Bayangkan saja, jika ada banyak orang seperti Hadi Pranoto di dunia, akan ada berapa banyak orang yang akhirnya salah memilih obat, bukannya sembuh tapi malah tambah parah.

Untuk mencapai gelar profesor haruslah melalui beberapa tahapan resmi supaya hasil penemuannya dapat dipertanggung jawabkan. Yah, meskipun tidak ada manusia yang sempurna dalam menciptakan segala sesuatu tapi setidaknya kita tidak was-was dan mang-mang terkait hasil penemuannya itu.

Cara mengecek gelar keprofesoran di era ini pun semakin mudah. Kita tinggal cari penelitian apa yang sudah dilakukan oleh si profesor. Lalu apakah ada jurnal Q 1 atau Q 2 yang sudah berhasil ditembus?

Kita juga bisa mencari di mana si profesor bekerja dan mengabdikan dirinya. Apakah di lembaga terpercaya dan instutusi pendidikan mana. Apakah lembaga tersebut dapat dipercaya dan apakah institusi pendidikan tersebut sudah terakreditasi BAN-PT.

Semuanya bisa dicek melalui internet. Semakin bagus penelitiannya, riwayat pendidikannya dan sudah teruji secara klinis maka kita bisa mempercayainya.  

Lalu apakah Hadi Pranoto sudah memenuhi kriteria-kriteria di atas? Saya mencari-cari di internet namun yang keluar malah Hadi Pranoto di bidang Akuntansi, Agroteknologi dan Hukum. Dan tidak menemukan Hadi Pranoto di bidang mikrobiologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun