Sosok keprofesoran Hadi Pranoto pun dipertanyakan. Apakah dia profesor di sebuah lembaga penelitian, instansi pendidikan tinggi atau profesor abal-abal.
Lantas apakah penting gelar keprofesoran untuk menciptakan sebuah penemuan, lebih spesifiknya obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan pasien?
Kalau menurut saya, di era disruptif seperti ini status keprofesoran sangatlah penting untuk menguji kelayakan sebuah penemuan, terlebih lagi obat. Mungkin di zaman dulu, gelar pendidikan formal tidak begitu penting karena nyatanya banyak seseorang yang ahli di banyak bidang penemuan dan belajar secara otodidak.
Contohlah Ibnu Sina yang pandai di bidang kedokteran namun juga diberi gelar kehormatan di bidang filsafat, sastra, dan agama. Zaman dulu belum ada ijazah dan sertifikasi untuk membuktikan sebuah kepandaian di salah satu bidang.
Jika seseorang dapat membuktikannya secara langsung maka orang itu layak dipercaya di salah satu atau banyak bidang. Sementara zaman sudah berubah. Banyak orang yang pura-pura pintar dan ahli di sebuah bidang dengan jalur alternatif.
Bayangkan saja, jika ada banyak orang seperti Hadi Pranoto di dunia, akan ada berapa banyak orang yang akhirnya salah memilih obat, bukannya sembuh tapi malah tambah parah.
Untuk mencapai gelar profesor haruslah melalui beberapa tahapan resmi supaya hasil penemuannya dapat dipertanggung jawabkan. Yah, meskipun tidak ada manusia yang sempurna dalam menciptakan segala sesuatu tapi setidaknya kita tidak was-was dan mang-mang terkait hasil penemuannya itu.
Cara mengecek gelar keprofesoran di era ini pun semakin mudah. Kita tinggal cari penelitian apa yang sudah dilakukan oleh si profesor. Lalu apakah ada jurnal Q 1 atau Q 2 yang sudah berhasil ditembus?
Kita juga bisa mencari di mana si profesor bekerja dan mengabdikan dirinya. Apakah di lembaga terpercaya dan instutusi pendidikan mana. Apakah lembaga tersebut dapat dipercaya dan apakah institusi pendidikan tersebut sudah terakreditasi BAN-PT.
Semuanya bisa dicek melalui internet. Semakin bagus penelitiannya, riwayat pendidikannya dan sudah teruji secara klinis maka kita bisa mempercayainya. Â
Lalu apakah Hadi Pranoto sudah memenuhi kriteria-kriteria di atas? Saya mencari-cari di internet namun yang keluar malah Hadi Pranoto di bidang Akuntansi, Agroteknologi dan Hukum. Dan tidak menemukan Hadi Pranoto di bidang mikrobiologi.