Saya bukannya ingin Nadiem Makarim mundur, tapi saya ingin Nadiem Makarim belajar kepada guru-guru di pelosok, bagaimana rasanya jatuh bangun memajukan pendidikan dengan akses yang terbatas. Terlebih lagi di saat pandemi ini.
Pembelajaran Jarak Jauh bukanlah solusi yang efektif di daerah-daerah 3T. Pembelajaran Luring pun masih dikhawatirkan banyak pihak tapi khusus daerah pelosok dan daerah yang memiliki akses terbatas, harusnya diperbolehkan menyelenggarakan pembelajaran Luring namun tetap dengan pengawasan dan sosialisasi protokol kesehatan sebelumnya.
Kalau PJJ diterapkan terus-menerus di daerah yang memiliki akses terbatas, maka yang ada anak-anak daerah hanya menikmati liburan sekolah semata. Bagaimana tidak libur sekolah, mereka tidak punya agenda lain selain bermain, membantu orangtua bekerja di sawah, atau melamun di kamar.
Mau belajar tidak punya ponsel, pun sinyal masih sulit. Guru pun tak mungkin setiap hari door to door ke rumah siswa yang jaraknya bisa berkilo-kilo jauhnya. Belum jumlah guru dan siswa yang jomplang.
Terlepas dari itu semua, saya sangat mengapresiasi langkah Nadiem Makarim ketika menghapus Ujian Nasional yang mana menggantikannya dengan ujian potensi bakat minat. Yah meskipun realisasinya belum menunjukkan tanda-tanda berhasil karena masa pandemi ini.
Semoga ada kebijakan yang win-win solutions baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah karena sebelum pandemi saja sudah tidak merata apalagi di masa-masa Corona seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H