Erdogan membuat sebuah pernyataan kontroversial dengan kebijakan barunya pada Jumat (10/7). Setelah diputuskan oleh pengadilan, Hagia Sophia resmi menjadi masjid. Erdogan bahkan menyatakan bahwa dua pekan lagi, masyarakat Turki boleh melaksanakan ibadah salat Jumat di sana.
Hagia Sophia, bangunan kuno nan megah menjadi daya tarik kota Istanbul (sebelumnya bernama kota Konstantinopel). Bangunan itu merupakan destinasi wajib bagi turis asing yang mengunjungi negara Turki. Maka tak heran jika Istanbul menjadi kota paling banyak dikunjungi di dunia nomer delapan setelah New York.
Sebenarnya ada banyak situs dan bangunan kuno selain Hagia Sophia, seperti Kapali Carsi atau mall atau pasar tertutup termegah pertama di dunia yang dibangun oleh Kesultanan Turki Utsmani.Â
Tapi kini Hagia Sophia menjadi sorotan dunia, karena Erdogan berani mengubahnya menjadi masjid setelah beberapa tahun lamanya merupakan sebuah museum.
Tak ada asap tanpa api, mungkin begitu kata pepatah untuk menggambakan alasan Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Selalu ada alasan di balik kebijakan manapun.Â
Tak mungkin Erdogan mengubahnya hanya karena iseng belaka. Pun tak mungkin Erdogan berpikir demikian tanpa adanya desakan atau permintaan dari para bawahannya.
Saya mencoba untuk menerka alasan Erdogan berdasarkan pengamatan yang saya lakukan.
Pertama, sebagai langkah awal revolusi Islam ala partai AKP. Seperti sudah diketahui bersama bahwa AKP merupakan partai yang berdiri sejak awal abad 21. Partai tersebut membawa nilai-nilai Islam yang mencoba meruntuhkan gaya sekuler ala Turki sebelumnya.
Beberapa penelitian pun mengidentifikasi bahwa Erdogan melalui AKP ini sangat dekat dan berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin atau Muslim Brotherhood yang sempat memimpin Mesir pasca gelombang Arab Spring.Â
Meski hanya bertahan sebentar saja di Mesir karena Mursi mengalami kudeta militer oleh Abdul Fattah as Sisi. IM sekarang semakin besar baik di Turki maupun Qatar.
Kudeta militer Mursi sempat di alamai Erdogan namun berhasil dibaca oleh anggota partai AKP dan Erdogan pada 2016 silam. Sehingga kudeta tersebut berhasil digagalkan.
Revolusi Islam di Turki memang tidak seterbuka Iran setelah menggulingkan rezim Shah. Erdogan melakukannya secara halus supaya berhasil merebut hati rakyat. Namanya politik, suara sangat dibutuhkan untuk melangengkan kuasa para penguasa. Apapun caranya.
Kedua, menumbuhkan semangat Muhammad Fatih Sang Penakluk. Alasan ini berkaitan dengan sejarah berdirinya Turki Utsmani di mana dulunya mereka adalah kesultanan atau kerajaan kecil sebelum merebut tahta Kekaisaran Bizantium di Konstantinopel.
Lewat tangan Sultan Mehmet II atau Muhammad Fatih, Turki Utsmani berhasil menguasai beberapa wilayah di Konstantinopel. Nama Konstantinopel juga diubah menjadi Istanbul. Pun dengan fungsi Hagia Sophia yang diubah menjadi masjid setelah sebelumnya merupakan gereja Ortodoks.
Bagi Erdogan, Muhammad Fatih adalah seorang pahlawan yang berhasil mengantarkan Turki pada kejayaannya. Erdogan tidak melihat sisi heroik dari Mustafa Kemal Attaturk yang justru dianggapnya membawa kemunduran bagi Turki setelah mengubah asas Islam menjadi sekuler.
Baik Mustafa Kemal Attaturk maupun Erdogan, sama-sama memiliki pengikut dan pengkritik. Satunya ingin membawa Turki pada sistem liberal ala Barat, satunya ingin membawa Turki pada sistem Islam yang kuat.
Ketiga, membuat Hagia Sophia memiliki fungsi ketimbang hanya sebuah bangunan museum. Alasan ini bisa kita lihat dengan dua kacamata yang berbeda. Satu sisi fungsi masjid akan membuat Hagia Sophia tampak lebih hidup karena adanya aktivitas salat lima waktu dan beberapa aktivitas keagamaan lainnya.
Di sisi lain, bangunan yang berfungsi sebagai museum hanya akan dikunjungi dengan tujuan edukasi semata. Padahal fungsi museum juga sebagai tempat melestarikan apa yang ada di dalamnya.
Fungsi masjid sebenarnya pun dapat memiliki tujuan edukasi dan pelestarian. Tergantung gebrakan dan kepedulian dari pemerintahnya saja. Apakah mau membiarkan masjid tersebut hanya sebagai tempat beribadah saja atau lebih dari itu.
Terakhir, apapun status Hagia Sophia sekarang, keimanan letaknya di hati bukan tertempel di sebuah bangunan. Sama seperti Great Mosque of Cordoba di Spanyol yang statusnya diubah dari masjid menjadi gereja.
Yang terpenting dari semua itu adalah kedewasaan kita dalam menyikapinya. Apakah mau menjaga toleransi antar umat beragama atau malah mau mengadu domba.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H