Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bendera PDI-P Dibakar Massa, Benarkah Ulah Pasukan Nasi Bungkus?

26 Juni 2020   19:13 Diperbarui: 26 Juni 2020   19:12 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasukan nasi bungkus ini merupakan sebutan bagi mereka yang melakukan demo karena dibayar. Mereka pun tidak sepenuhnya tahu apa yang sebenarnya mereka perjuangkan dalam aksi demonstrasi karena mereka ikut demo bukan karena nilai yang ingin diperjuangkan melainkan materi apa yang bisa mereka dapatkan.

Istilah pasukan nasi bungkus ini semakin populer semenjak aksi demonstrasi menuntut Ahok beberapa tahun silam. Pasukan nasi bungkus juga semakin populer bersamaan dengan semakin canggihnya teknologi informasi.

Betapa tidak? Sekarang kita bisa melihat langsung laporan jurnalisme warga di lapangan hanya dengan rekaman amatir yang mereka sebarluaskan. Tapi bukan berarti rekaman amatir tersebut dapat dipercaya sepenuhnya.

Bisa juga mereka hanya menyebarkan berita hoaks atau membuat video settingan belaka. Jadi mereka merekam pernyataan peserta demonstrasi yang dibayar padahal yang direkam bukan peserta demo sungguhan.

Bisa jadi mereka justru sudah dipesan oleh tim lawan untuk mengkonter ide agar menunjukkan seolah-olah aksi demonstrasi tersebut hanya tipu-tipu belaka padahal mereka berdemo beneran.

Kalau sudah begini, apa bedanya dengan teori konspirasi yang bersebaran?

Lantas nih, bagaimana dengan aksi membakar bendera PDIP yang memicu kemarahan Megawati Soekarnoputri?

Apakah mereka yang membakar bendera PDIP adalah pasukan nasi bungkus sungguhan atau peserta nasi bungkus settingan?

Demo yang diselenggarakan untuk menolak RUU HIP atau Haluan Ideologi Pancasila itu diinisiasi oleh PA 212 atau Persaudaraan Alumni 212 di depan megahnya gedung DPR. Ada ya istilah alumni demo? Kalau demo alumni, ada tidak yah?

Oke lupakan soal alumni demo atau demo alumni. Yang jelas, aksi demonstrasi pada Rabu (24/6) ini tidak dapat dibenarkan sepenuhnya apalagi ketika massa melakukan pembakaran bendera PDIP.

Sementara itu, PA 212 membantah dan menolak anggapan bahwa pasukan mereka yang melakukan pembakaran tersebut. Seperti dilansir di detik.com bahwa mereka katanya datang damai-damai untuk menyampaikan aspirasi 8 poin agar RUU HIP segera dicabut atau dibatalkan.

Sedangkan Hasto, Sekjen PDIP menyayangkan aksi pembakaran tersebut dan tidak sepenuhnya menyalahkan pendemo. Ia mengatakan bahwa bisa jadi ada provokator yang menyusup dalam aksi demonstrasi itu. Ia juga yakin bahwa rakyat tidak akan mudah terprovokasi, hanya segelintir orang saja yang menjadi provokator.

Apakah tanggapan-tanggapan ini selanjutnya akan membenarkan bahwa ada pasukan nasi bungkus dalam aksi demonstrasi itu?

Katakanlah bahwa pasukan nasi bungkus ini sebenarnya malas untuk ikut demo di tengah pandemi, hanya saja karena tergiur iming-iming materi, ia rela melakukannya. Selanjutnya ia akan menyusup dalam aksi, sampai melakukan aksi pembakaran. Kalau skenarionya demikian, lalu siapakah aktor di balik konspirasi tersebut?

Daripada terus berspekulasi tanpa bukti, kita serahkan saja sepenuhnya pada hukum. Megawati pun sudah menyerukan aksi pembakaran tersebut agar diproses secara hukum. Hanya saja, semoga kebenaran yang diungkapkan, bukan konspirasi atau salah tangkap yang terjadi.

Sebagai partai mayoritas dan partai penguasa, bukankah mudah untuk melakukan skenario demikian? Tapi kalau melihat surat perintah Ketum PDIP, Megawati, mereka akan serius dan adil dalam mengungkapkan siapa sebenarnya yang membakar bendera moncong putih kebanggaan mereka itu.

Yah, kita lihat saja, semoga tidak ada kebenaran yang ditutup-tutupi. Karena sebaik-baiknya tupai melompat, ia pasti akan terjatuh juga. Karena sepandai-pandainya menyembunyikan mayat, maka akan tercium juga baunya. Tentu kita tidak ingin ungkapan tersebut ada di balik pembakaran bendera PDIP ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun