Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerbang Perang Dunia 3 Terbuka: Korea Memanas, India-China Bersengketa, dan Timteng yang Belum Juga Mereda

18 Juni 2020   13:22 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:16 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin terlalu dini jika mengatakan Perang Dunia Ketiga bakal terjadi di tahun ini. Tapi melihat rentetan peristiwa di berbagai belahan dunia saat ini membukakan celah kemungkinan-kemungkinan tadi.

Sebagaimana saat Perang Dunia 2 terjadi, tidak ada yang bakal menyangka bakal ada Perang Dingin setelahnya. Semua hal mungkin saja terjadi karena tidak ada yang tidak mungkin bagi bumi yang sudah tua renta ini.

Di mulai dari Covid-19 di mana dunia kalang kabut menghadapi pandemi. Baru juga beberapa negara mulai menerapkan New Normal, Beijing menerapkan lockdown akibat temuan kasus baru. Pun tidak ada yang menyangka bakal seperti itu skenarionya.

Beberapa negara pun mulai menutup akses bagi China termasuk Indonesia atas temuan kasus baru tersebut. Padahal di awal-awal Covid-19 sebelumnya Indonesia masih membuka lebar-lebar pintu gerbang Bandara bagi WNA asal China. Mungkin Indonesia tidak ingin jatuh di lubang yang sama, dan belajar banyak dari Vietnam.

Di tengah kabar menggerikan di Beijing, Korea Selatan dan Korea Utara kembali memanas setelah sebelumnya mereka membuat perjanjian damai di daerah demiliterisasi.

Korut menilai Korsel tidak mampu membendung gerakan anti-Korut yang dianggap Korut telah mencederai asas perdamaian bagi kedua negara. Akibat sentimental ini, Korut meledakkan kantor penghubung  dekat perbatasan.

Ledakan semacam ini bisa jadi sebagai sinyal baru kemarahan Korut yang tak bisa dibendung lagi. Apakah kesalahan Korsel segitu parahnya sampai Korut menganggap Korsel telah berkhianat? Atau ledakan yang terjadi hanya gertakan sambal saja untuk memicu konflik.

Entahlah, mendengar berita korea memanas saja, dunia sudah agak ketar-ketir.

Ini baru Korea, belum sengketa perbatasan China dan India yang juga belum selesai-selesai kemudian memuncak akhir-akhir ini. Kedunya lebih mengedepankan pendekatan tradisional ketimbang pendekatan damai lewat negoisasi.

Belum juga masalah Kashmir selesai antara India dan Pakistan, India menabuh genderang kepada China. Wilayah Kashmir memang sarat akan kepentingan politik bagi ketiga negara tersebut.

Akibat bentrok China-India, India melaporkan 20 tentaranya tewas sementara China belum melaporkan kabar terbaru terkait kondisi tentara mereka.

Pakistan memang tidak terlihat dalam bentrok tersebut, namun bisa saja Pakistan kemudian ikut melibatkan diri karena Pakistan pun punya kepentingan di wilayah tersebut. Jika ketiga negara tidak bisa menurunkan egonya masing-masing, bisa jadi ketiga negara saling membentuk aliansinya masing-masing bersama negara di luar teritori mereka.

Pembentukan aliansi ini tidaklah baik bagi perdamaian kawasan. Ini mengingatkan kita pada konflik berlarut-larut di Timur Tengah di mana masing-masing negara membentuk aliansi yang berbeda-beda. Hasilnya? Konflik bukanlah mereda malah meruncing.

Aliansi dalam konflik di Timur Tengah ini memainkan peran antara dua kekuatan besar di sana, yakni antara Iran dengan Arab Saudi. Iran didukung oleh Rusia, tentara Hezbullah Lebanon, Irak, Houthi Yaman dan Qatar sementara Arab Saudi mendapat dukungan dari Amerika Serikat, UEA, Mesir, Bahrain, dan sebagian Yaman.

Gerakan aliansi pulalah yang menjadi salah satu pemicu perang-perang sebelumnya baik Perang Dunia 1, 2 maupun Perang Dingin. Masing-masing negara berdiri bersama negara lain untuk meraih tujuan kepentingan politik. Sementara rakyat biasa hanya bisa menahan rasa sakit akibat ledakan dan serangan padahal mereka tidak salah sama sekali.

Untungnya Indonesia tidak berdiri di salah satu aliansi melainkan membentuk aliansi baru alias aliansi netral atau non blok.

Peta konflik di Asia Timur dan Selatan memang belum menunjukkan aliansi yang kuat satu sama lain sebagaimana konflik di Timur Tengah. Ini dikarenakan masing-masing negara sedang fokus membangun negara mereka akibat serangan pandemi yang juga belum berakhir. Pun Asia Timur dan Selatan tidak memiliki sumber minyak sebanyak Timur Tengah.

Tapi skenario Perang Dunia Ketiga mungkin saja akan terjadi jika terbukti ada salah satu negara yang menggunakan Covid-19 sebagai senjata rahasia mereka. Jika demikian, negara akan saling membentuk aliansi untuk melawan gudang senjata biologi tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun