Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akhirnya Indonesia Raih Predikat Negara Teraman dari Covid-19 Tapi...

10 Juni 2020   13:01 Diperbarui: 10 Juni 2020   12:53 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan skor negara teraman versi Deep Knowledge Group, sumber: dkv.global

Indonesia menjadi satu dari beberapa negara yang mulai menerapkan kebijakan New Normal atau tatanan baru. Kebijakan New Normal ini memang menuai kontra, tapi apa mau dikata, Indonesia terseok-seok ekonominya.

Tanpa perputaran ekonomi yang sehat, mustahil bagi Indonesia memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Apalagi kondisi BPJS yang mengalami defisit. Kalau ekonomi tidak segera dipulihkan bisa-bisa Indonesia dihantam oleh dua musuh besar secara bersamaan, yakni Covid-19 dan kebangkrutan ekonomi yang masif.

Melihat keadaan demikian, maka tak ayal jika Jokowi mempercepat upaya pelonggaran PSBB, sebenarnya bukan pelonggaran sih tetapi New Normal.

Tapi apa PSBB yang dulu diterapkan Jokowi ini dapat dikatakan berhasil dalam menekan angka Covid-19? Untuk menjawabnya kita membutuhkan penelitian yang mendalam dari beberapa kacamata yang berbeda.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, eh kita sudah disodorkan jawabannya terlebih dahulu oleh sebuah lembaga riset internasional bernama Deep Knowledge Group.

Dalam laporannya tersebut, sungguh mengejutkan data yang disajikan. Pasalnya Indonesia meraih predikat negara teraman di dunia dari Covid-19 tapi...dari bawah.

Iya peringkat dari bawah bukan dari atas alias Indonesia tidak aman menurut Deep Knowledge Group. Indonesia harus puas menduduki peringkat 97 dari 200 negara yang diteliti.

Setidaknya kita bisa mengalahkan Pakistan, Somalia dan Sudah Selatan tapi kita justru kalah telak dengan Singapura. Okelah Singapura bisa berhasil karena negaranya kecil dan penduduknya sangat sedikit.

Tapi kenapa kita harus dikalahkan China yang malah penduduknya lebih banyak dari Indonesia. Pun kita kalah dengan India yang penduduknya tidak kalah hebat banyaknya. Jadi jumlah penduduk tidak bisa dijadikan alasan yah.

Apalagi angka kematian kita menyentuh ribuan, sementara India yang penduduknya lebih banyak dari Indonesia hanya ratusan saja. Mungkin sebagian kita menolak dengan mengatakan lah India kan lebih tidak disiplin orangnya dari Indonesia kok lebih sedikit jumlah kematiannya, jangan-jangan ada permainan data dari pemerintah mereka.

Entah ada permainan data atau tidak, yang jelas kita memang suka membandingkan dengan negara tetangga yang jaraknya lebih jauh. Harusnya kita bandingkan saja negara kita dengan tetangga terdekat, Malaysia misalnya.

Karena jumlah kasus di Malaysia termasuk sedikit dan jumlah kematian hanya 117 saja. Pun dengan Vietnam yang jauh lebih sedikit lagi padahal negaranya berbatasan langsung dengan China sebagai negara yang pertama terjangkit Covid-19 ini. Jadi tidak heran jika Vietnam meraih posisi 20 dan Malaysia menduduki peringkat 30 negara teraman dari Covid-19.

Terus kita harus bagaimana dengan nomer urut 97 negara teraman? Bersyukur atau menyalahkan pemerintah?

Sebenarnya tidak etis juga jika kita terus menyalahkan sepenuhnya kepada pemerintah tanpa intropeksi diri. Warga negara kita juga kurang disiplin sih kalau saya lihat.

Pada bulan Ramadan kemarin saja ketika masih ada peraturan PSBB, banyak warga bergerumun menyerbu mall dan pusat perbelanjaan untuk berbelanja baju dan kebutuhan lebaran. Padahal logikanya, di pandemi seperti sekarang ini harusnya kita lebih berhemat.

Atau mereka yang berbelanja itu menggunakan uang BLT dari pemerintah pusat atau daerah untuk berbelanja baju? Bisa jadi iya karena tetangga saya ada yang begitu.

Di bulan Ramadan kemarin pun saya lihat jalanan desa sangat macet parah ketika saya hendak ke supermarket. Untung ini di desa bukan di kota, kalau di kota mungkin bisa seviral warga yang menyerbu mall.

Setidaknya dengan data dari Deep Knowledge Group, baik pemerintah ataupun warga negara kita lebih waspada lagi bukan menyepelekan apalagi pencitraan. Semuanya harus lebih transparan dan bahu-membahu bukan malah mencaci maki dan mencari panggung politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun