Kalau benar mereka adalah massa bayaran maka tentu saja mereka tak ubahnya dengan pasukan nasi bungkus di Indonesia yang seringkali tertangkap basah lewat kamera saat melakukan aksi demo di tengah masa kampanye tahun lalu.
Wajar sih jika banyak orang berpikiran bahwa kematian George Floyd ditunggangi partai politik karena banyak berita yang mengarah ke sana.
Trump sebagai rezim yang berkuasa dan ingin mencalonkan lagi di Pemilu nanti pun membuat strategi yang hati-hati. Ia pun tak ingin banyak pendukungya tiba-tiba membelot dan memilih calon lain dari Partai Demokrat.
Mulanya Trump menunjukkan simpatinya melalui Twitter bahkan sempat berbicara kepada keluarga George Flyod. Padahal Trump seringkali menggunakan politik identitas untuk meraih dukungan sebelumnya. Mungkin efek pandemi Covid-19 di AS yang tertinggi di dunia ini membuat Trump harus lebih bijak lagi jika tidak ingin pendukungnya kecewa.
So, apakah langkah Trump yang berniat mengerahkan militer untuk mengatasi demonstrasi adalah sebuah kebijakan tepat untuk memberantas pasukan nasi bungkus?
Saya kira tidak, karena tidak semua massa yang demo adalah pasukan nasi bungkus. Pasti ada beberapa dari mereka yang murni kecewa terhadap kepolisian AS yang dianggap rasis. Pun mereka tidak puas atas apa yang dilakukan Trump untuk mereduksi kejadian bertopeng rasisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H