George Floyd harus mendahului kita akibat rasisme yang menggurita di Amerika. Sebelumnya seorang polisi berkulit putih bernama Derek Chauvin menindih leher George Floyd dengan lututnya sampai ia tidak bisa bernapas selama kurang lebih 9 menit.
Geogre Floyd terus berkata I cant breathe namun si polisi tetap cuek dan terus menindih lehernya. Akibat kejadian memilukan ini, nyawa George Floyd tak bisa tertolong. Nasi sudah menjadi bubur, dan kejadian tersebut terekam jelas dalam sebuah rekaman amatiran. Sungguh peristiwa yang sangat tragis. Â
Kematian George Floyd berbuntut panjang, demo berjilid-jilid terjadi di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, mirip di Indonesia saja. Tak hanya massa di AS, aksi menuntut keadilan juga disuarakan di sejumlah negara di luar Amerika Serikat sebut saja Brazil, Perancis dan Australia.
Meskipun Derek Chauvin sudah dipecat dan mendapat hukuman pidana, massa masih saja berdemo karena menurut mereka, tiga kawan Derek Chauvin yang juga wajib dipidanakan karena membiarkan seseorang yang meminta bantuan pertolongan sampai tewas apalagi status tiga kawan Derek juga seorang polisi.
Selain tuntutan di atas, mereka juga menyuarakan hak-hak bagi orang kulit hitam yang sering mendapatkan perlakuan kasar dari aparat keamanan. Bukankah tugas polisi adalah memberikan rasa aman bagi warga negara?
George Floyd diduga bukan kasus pertama kalinya, apalagi jika mengingat sejarah perbudakan kulit hitam di Amerika Serikat, lengkap sudah kekesalan mereka jika mengingat itu semua.
Buntut kekesalan warga atas tindakan semena-mena polisi AS ini semakin panjang, kalau di Indonesia istilahnya berjilid-jilid. Bayangkan saja, mereka yang berdemo juga melakukan kerusuhan dengan membakar mobil, merusak fasilitas negara sampai menjarah beberapa toko di sepanjang jalan.
Penjarahan toko di tengah demonstrasi ini mengingatkan kita pada peristiwa kelam di Indonesia saja di mana saat terjadi gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, terjadi penjarahan toko. Bukan makanan yang dijarah melainkan barang tersier seperti televisi, komputer ataupun alat elektronik lainnya.
Pun sama yang terjadi di AS, mungkin masih dimaklumi jika mereka menjarah makanan di saat sudah tidak lagi tersedia makanan akibat Covid-19 tapi massa di AS justru menjarah barang tersier.
Tak tanggung-tanggung, sebuah toko Apple dibobol ramai-ramai. Mereka mengambil barang elektronik idaman banyak orang. Apa mereka mau makan Apple, elektronik dengan logo apel yang sudah dimakan sebagian?
Tapi uniknya lagi, massa ini diduga sebagai massa bayaran dari Partai Demokrat, partai oposisi dari Donald Trump. Apalagi Pemilu di AS tinggal menunggu bulan saja. Â