Sosok Abu Janda atau Permadi Arya ini bukanlah sosok baru dalam dunia permedsosan dan perpolitikan Indonesia. Sosok yang mengaku NU tulen ini pun kerap kali membuat heboh publik. Pun jumlah pengikutnya sudah sampai ratusan ribu di Instagram.
Mungkin karena kehebohan itu, Abu Janda pernah sering diundang program TV terutama di masa-masa Pilpres kemarin. Ditambah lagi Abu Janda ini selalu mendukung Jokowi sebagai pilihan sejatinya. Ia ikut berkampanye supaya banyak warga memilih sosok pilihan NU itu.
Abu Janda juga kerap kali mengampanyekan Islam Nusantara NU lalu membagikan unek-uneknya lewat medsos miliknya. Saking tulennya Islam Nusantara ala Abu Janda, ia sering memakai blanko sebagai pengganti peci atau kopiah.
Tidak ada yang dipermasalahkan sampai sini, baik blanko atau peci, keduanya hanya sebuah pakaian semata. Sulit menilai budi pekerti seorang hanya lewat penampilan luarnya.
Tapi yang namanya fanatik, sesuatu yang dianggap berbeda dengan jalan pikirannya pasti akan dinilai salah. Seperti yang pernah Abu Janda utarakan bahwa Kartini akan menangis jika melihat kebaya digantikan dengan cadar dan cadar selalu diidentikan dengan aktivis poligami.
Padahal RA Kartini sendiri adalah istri keempat dari Bupati Rembang. Ayahnya Kartini juga memiliki istri lebih dari satu. Masalah berpakaian itu adalah hak setiap manusia, selama tidak merugikan orang lain. Dan pakaian tidak bisa menilai hati seseorang.
Lagi-lagi karena fanatik, Abu Janda malah menyamaratakan semua yang memakai cadar sebagai aktivis poligami.
Masalah berpakaian ini belum ada apa-apanya dengan ucapan kontroversi Abu Janda yang membuat jengkel siapa saja yang mendengarnya.
Permadi Arya atau Abu Janda ini melontarkan kata-kata yang sungguh mengandung ujaran kebencian. Katanya, "Teroris punya agama dan agamanya adalah Islam." Tentu saja kata-kata ini akan menyulut api permusuhan antar sesama padahal Abu Janda juga seorang Muslim.
Kata-kata agama teroris itu Islam adalah sebuah kesalahan besar karena teroris manapun di dunia tidak memiliki agama. Agama hanya sebagai kedok untuk mencapai kepentingannya. Mereka juga sering mengutip ayat jihad tanpa menafsirkannya dengan benar dan kepala terbuka, hanya kebencian saja di otaknya.
Abu Janda pun harus memenuhi panggilan dari Bareskrim pada Jumat (29/5). Dugaan ujaran kebencian dan penistaan agama ini bukanlah yang pertama kali bagi Abu Janda.
Sebelumnya Abu Janda juga tersandung kasus terkait penghinaan dirinya terhadap bendera tauhid yang dianggap benderanya para teroris padahal sebenarnya bendera negara Arab Saudi itu berupa kalimat tauhid juga.
Entah apa motif Abu Janda ini, yang jelas kata-katanya melukai hati umat Islam. Kalau warga Arab Saudi mengikuti kabar Abu Janda pun pasti akan marah dengan pernyataan Abu Janda ini. Kasus ini dianggap angin lalu karena masih banyak yang mendukung Abu Janda waktu itu.
Pertanyaannya kini, apakah Abu Janda masih akan mendapat dukungan kali ini? Ia saja bukan siapa-siapa, hanya orang yang mengaku Banser NU tapi hebohnya minta ampun.Â
Untungnya akun Twitter Abu Janda ditangguhkan oleh pihak Twitter, yah meski Instagramnya masih aktif-aktif aja tuh.
Ia hanya akan terus-menerus mempermalukan NU jika terus dibiarkan tanpa ada hukuman tegas kepadanya. Jari-jarinya yang tidak bisa dikontrol dengan baik itu akan terus membuat gaduh dan bisa saja menyulut api permusuhan bersama.
Maka jangan heran jika banyak orang membully Abu Janda ini. Andai Abu Janda bisa mengontrol jari-jemarinya, semua laporan di atas tidak akan pernah ada.
Atau memang Abu Janda ingin mencari popularitas lewat jalur cepat? Pasalnya untuk bisa mendapat tempat di media sosial adalah dengan membuat sesuatu yang kontroversial. Dan semakin kontroversial, semakin sering dicari dan ikuti. Semakin sering diikuti semakin banyak iklan mengantre.
Hanya saja jangan sampai kayak Ferdian Paleka yang berlebihan
Atau Abu Janda ini ingin satu sel dengan Ferdian Paleka? Entahlah semoga kasus ini menemui titik terangnya dan persatuan bangsa tidak dirobohkan begitu saja hanya dengan kicauan Abu Janda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H