Sama seperti pemerintah Indonesia, WHO juga suka membuat kejutan yang tidak bisa dikira-kira, selalu saja mengagetkan bagai prank-prank di Youtube. Pun WHO sama-sama plin-plannya, tak jauh berbeda dengan negara +62 ini.Â
Bagaimana tidak plin-plan, WHO pernah mengimbau pada masyarakat dunia bahwa masker hanya untuk orang sakit, tiba-tiba tak lama kemudian WHO memperingatkan semua masyarakat di dunia untuk memakai masker ketika mau keluar rumah. Memang WHO pasti punya alasan tersendiri, kenapa awalnya tidak begitu menghiraukan masker untuk semua orang namun mendadak begitu concern pada masker untuk semua orang.
Barangkali, masyarakat dunia tidak diwajibkan memakai masker karena pasien Covid-19 belum menyentuh angka jutaan pada waktu itu, baru ketika pasien Covid-19 menyentuh angka jutaan, WHO ketar-ketir dan akhirnya mengimbau masyarakat dunia untuk selalu memakai masker, entah sedang sakit atau tidak. Entah tenaga medis, entah masyarakat biasa.
Kontroversi di tubuh WHO ini pun didengungkan oleh Trump sebagai salah satu pendonor terbesar untuk organisasi internasional yang mengurusi hajat kesehatan bersama tersebut. Trump menilai WHO sangat China sentris, dan lebih pro China ketimbang dunia. Meski ucapan Trump dihujat banyak orang di dunia, kini masyarakat dunia tahu, bahwa WHO memang bukan superhero.Â
Trump juga bukan superhero, karena nyatanya, angka penyintas Covid-19 terus naik dan sering ditemukan kasus baru tiap harinya. Seolah-olah Covid-19 ini adalah virus yang tak ada masa istirahatnya. Negara pun sibuk mengurusi kasus di negaranya masing-masing ketimbang harus mengurusi negara lain.
Meski begitu, beberapa negara mulai mengumumkan kabar baik terkait situasi Covid-19 di negaranya yang tentu saja membuat kita bertanya-tanya, kapan Indonesia bisa seperti negara-negara itu.
Ada beberapa negara seperti Vietnam, Hongkong, China, Korea Selatan yang mana angka penyebaran Covid-19 sudah mulai perlahan-lahan hilang dari permukaan. Kalaupun ditemukan, yang terjangkit bukan warga asli negara mereka sendiri melainkan seorang pendatang.Â
Entah itu benar atau hanya settingan negara saja. Namun jika kita melihat situasi negara tersebut baik melalui video maupun berita, kita akan tahu bahwa negara-negara tersebut mulai menjalankan kehidupan normalnya, dan kita yang menyaksikannya akan mengangguk-angguk saja, entah tanda salut atau tanda heran.
Sekolah yang mulai dibuka, begitu pula dengan restoran, kendaraan publik dan perkantoran sudah berjalan normal di negara-negara di atas. Mereka beraktivitas sebagaimana biasanya, seolah Covid-19 sudah hilang dari negeri mereka.
Meski begitu, mereka masih taat aturan dengan selalu memakai masker, membatasi jarak, selalu cuci tangan dan beberapa aturan lainnya. Tapi namanya manusia, pasti ada satu dua yang melanggar aturan.Â
Sebenarnya negara kita juga sudah mulai melonggarkan kebijakan terkait corona ini. Istilahnya adalah refleksi PSBB. Kendati kita cukup terlambat untuk mengaplikasikan kebijakan PSBB atau pembatasan-pembatasan serupa, setidaknya kita sudah meniru negara-negara yang mulai menormalkan situasi.
Kondisi semacam ini didukung oleh WHO, karena baru-baru ini WHO kembali mengungkapkan pernyataan yang cukup menghebohkan publik dunia, terutama bagi negara yang masih memberlakukan lockdown penuh.
Kata WHO, virus Covid-19 ini tidak akan mungkin hilang dari permukaan bumi ini. Virus ini tidak mungkin bisa diusir secara permanen dari dunia dan akan selalu menyertai sendi-sendi kehidupan kita. Seolah-olah WHO ingin mengatakan bahwa Covid-19 ini baru hilang kalau kiamat datang, karena tidak tahu kapan pastinya virus ini akan hilang.
WHO juga menyamakan Covid-19 dengan virus HIV. Seperti kita ketahui bersama, dari zaman nenek moyang sampai zaman cucu-cicit kesayangannya, HIV masih ada dan belum bisa dihilangkan dari bumi. Pun belum bisa untuk dipindahkan ke hewan atau planet lain.Â
Kalau begini kenyataannya, buat apa lockdown dan kawan-kawannya? Kalau begitu kenapa kita tidak berdamai dengan Covid-19 saja lalu menerapkan The New Normal seperti halnya Hongkong.
Kata WHO, baik lockdown, PSBB atau apapun itu istilah dunianya, Covid-19 akan tetap eksis di dunia nyata. Kalau begitu buat apa kebijakan-kebijakan tersebut jika kenyataannya sama-sama saja akibatnya.
Atau jangan-jangan sudah banyak negara lelah dengan Covid-19, bukan lelah angka Covid-19nya melainkan angka-angka ekonomi dan pendapatan negara yang serak sampai menyerah dan pasrah saja kepada Tuhan yang memberikan virus nyata ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H