Sebenarnya negara kita juga sudah mulai melonggarkan kebijakan terkait corona ini. Istilahnya adalah refleksi PSBB. Kendati kita cukup terlambat untuk mengaplikasikan kebijakan PSBB atau pembatasan-pembatasan serupa, setidaknya kita sudah meniru negara-negara yang mulai menormalkan situasi.
Kondisi semacam ini didukung oleh WHO, karena baru-baru ini WHO kembali mengungkapkan pernyataan yang cukup menghebohkan publik dunia, terutama bagi negara yang masih memberlakukan lockdown penuh.
Kata WHO, virus Covid-19 ini tidak akan mungkin hilang dari permukaan bumi ini. Virus ini tidak mungkin bisa diusir secara permanen dari dunia dan akan selalu menyertai sendi-sendi kehidupan kita. Seolah-olah WHO ingin mengatakan bahwa Covid-19 ini baru hilang kalau kiamat datang, karena tidak tahu kapan pastinya virus ini akan hilang.
WHO juga menyamakan Covid-19 dengan virus HIV. Seperti kita ketahui bersama, dari zaman nenek moyang sampai zaman cucu-cicit kesayangannya, HIV masih ada dan belum bisa dihilangkan dari bumi. Pun belum bisa untuk dipindahkan ke hewan atau planet lain.Â
Kalau begini kenyataannya, buat apa lockdown dan kawan-kawannya? Kalau begitu kenapa kita tidak berdamai dengan Covid-19 saja lalu menerapkan The New Normal seperti halnya Hongkong.
Kata WHO, baik lockdown, PSBB atau apapun itu istilah dunianya, Covid-19 akan tetap eksis di dunia nyata. Kalau begitu buat apa kebijakan-kebijakan tersebut jika kenyataannya sama-sama saja akibatnya.
Atau jangan-jangan sudah banyak negara lelah dengan Covid-19, bukan lelah angka Covid-19nya melainkan angka-angka ekonomi dan pendapatan negara yang serak sampai menyerah dan pasrah saja kepada Tuhan yang memberikan virus nyata ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H