Tagar #amarahBrawijaya dan #UnandJanganPelit mewakili seluruh mahasiswa di Indonesia yang belum mendapatkan subsidi kuota atau mendapat kabar gembira soal biaya UKT yang turun. Kuliah Jarak Jauh tidak semurah yang dibayangkan bagi sebagian mahasiswa. Dan UKT semester tidak semurah jika dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya.
Jika biasanya mahasiswa harus menjatah kuota hanya 50 ribu perbulan untuk kuota (karena kalau bisa kuliah di kampus, mereka bisa mengandalkan wifi gratis), lain halnya di masa PJJ ini mereka bisa mengeluarkan sampai 200-300 ribu perbulan karena mereka mengandalkan semuanya dari dalam rumah.
Apalagi jika PJJnya setiap hari menggunakan video conference melalui aplikasi, bisa-bisa kuota jebol sebelum waktunya.
Situasi semacam ini menimbulkan berbagai macam masukan, seperti apa yang diutarakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian yang mana mengatakan bahwa dana UKT bisa dialokasikan untuk menopang kebutuhan mahasiswa selama PJJ.
PJJ ini rata-rata dimulai di pertengahan semester (sekitar 15 Maret 2020) sehingga ada jeda waktu setengah semester selanjutnya di mana mahasiswa tidak memakai lagi fasilitas kampus. Barangkali biaya fasilitas kampus yang tidak gunakan bisa juga dialokasikan untuk kebutuhan PJJ ini.
Lagi-lagi kita masih menunggu hilal akan kemungkinan kebijakan di atas, agar para orangtua tidak keteteran di tengah pandemi seperti saat ini. Jangan hanya memikirkan ojek daring saja karena hampir semua elemen masyarakat terkena imbas dari bencana global ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H