Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Percakapan dengan Tuan Corona

11 April 2020   19:47 Diperbarui: 11 April 2020   19:44 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena banyaknya pelanggan, ia memilih tempat itu sebagai tempat mangkalnya setiap hari. Padahal tempat itu dilarang karena memakan trotoar jalan.

Suatu hari, datanglah seorang petugas keamanan lengkap dengan atributnya. Ia mengamankan siapa saja yang masih berkeliaran dan mengumpulkan massa lebih dari lima orang terutama di warung-warung keliling seperti milik Udin.

"Pak, tidak boleh jualan di tempat ini karena mengundang banyak kerumunan datang! Ini kan lagi masa PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar akibat ganasnya pandemi. Lebih baik Bapak jualan di daerah lain saja," perintah seorang petugas keamanan yang berkeliling mengamankan orang yang nekat berkumpul ria.

Awalnya Udin tidak mengerti apa yang bapak itu katakan. Dia tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Untungnya saat itu Malik sedang menemaninya berjualan. Malik menerjemahkan apa yang petugas katakan itu.

"Kan saya hanya jualan, Pak. Mereka saja yang tidak mau membungkus makanan jualan saya. Ngomong-ngomong nih, Pak, Tuan Corona itu datangnya jam berapa saja, sih? Dan kapan pulangnya? Biar saja hajar dia dengan jurus andalan saya," jawab Udin dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Lalu diterjemahkan oleh Malik, sudah seperti orang penting saja Udin, ada penerjemah segala.

"Bapak ini tahu tidak sih tentang corona?" tanya petugas mulai kesal. Petugas itu yakin kalau Udin pura-pura tidak tahu. Apalagi berita corona selalu ada di mana-mana, baik di TV maupun media lainnya. Sementara Udin tidak memiliki apapun. Ia juga tidak pernah menonton TV selama tinggal di rumah saudara sepupunya padahal ada TV menganggur di sana.

"Lik, jangan-jangan petugas ini yang namanya Corona. Kamu bilang tuan Corona itu jahat, tukang nyamar, dan tukang bohong," bisik Udin ke telinga Malik. Malik masih menahan tawa. Ini kesempatan bagi Malik untuk terus menjahilinya.

"Benar, Din. Kamu harus lawan tuan Corona di depan itu."

Alhasil Udin menghajar petugas keamanan itu. Namun apa boleh buat petugas keamanan itu lebih kuat ketimbang Udin. Tak hanya dikalahkan, Udin dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi, Malik menjelaskan semuanya.

"Kenapa Kamu tidak bilang dari kemarin-kemarin, Lik," keluh Udin sambil menahan malu di depan petugas keamanan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun