Dunia memang sangat mengerikan saat ini. Wabah corona menimbulkan berbagai perubahan besar terhadap perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam berspekulasi, rasa curiga, dan ketakutan-ketakutan. Salah satu spekulasi yang berkembang saat ini adalah kemunculan dajjal karena adanya suara dentuman.
Dentuman itu diduga berasal dari Anak Krakatau. Suara dentuman terdengar di berbagai daerah di Jabodeta (Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang) selama beberapa jam pada Jumat malam (10/4) malam sampai Sabtu (11/4) dini hari.
Masyarakat yang mendengar dentuman membuat jagad Twitter heboh. Tagar #dentuman menjadi trending topic selama beberapa jam. Lalu setelah tagar #dentuman heboh, tagar lainnya yang berkaitan ikut-ikutan heboh seperti tagar #krakatau dan #dajjal.
Anak Krakatau dikira meletus, bukan meletus secara kaleng-kaleng melainkan meletus dahsyat. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) buka suara atas spekulasi-spekulasi yang berkembang di masyarakat. Menurut PVMBG, Anak Krakatau hanya mengeluarkan semburan kecil bukan letusan eksplosif seperti yang beredar di masyarakat.
Namanya juga semburan kecil maka dampaknya tidak sebegitu besar dengan letusan eksplosif. Jika letusan eksplosif besar benar-benar terjadi maka kemungkinan akan ada tsunami seperti yang terjadi tahun kemarin. Namun sampai sekarang belum ada kabar tsunami atau gempa besar di pesisir pantai sekitar Banten.
Lalu kenapa dentuman Anak Krakatau itu dikaitkan dengan dajjal? Di sinilah letak kebingungan saya dan kawan-kawan saya.
Masyarakat saat ini mudah sekali membuat spekulasi-spekulasi tak mendasar. Spekulasi itu muncul bersamaan dengan rasa takut masyarakat akan bencana Corona yang belum ada tanda-tanda mereda. Bagi umat Islam, percaya akan datangnya dajjal di hari Kiamat adalah bagian dari iman.
Dajjal akan muncul bersamaan dengan tanda-tanda kiamat besar lainnya seperti gunung-gunung di bumi yang meletus di mana-mana, suara sangkakala sangat keras yang ditiup malaikat Israfil, munculnya Yakjuj Makjuj dan tanda-tanda lainnya yang lebih mengerikan dari bencana Corona.
Tapi jika hanya percaya saja tanpa ada usaha untuk mencegahnya maka sama saja kita telah jauh dari keimanan itu sendiri. Ibarat kita percaya Tuhan tapi masih saja berbuat sesuatu yang dilarang Tuhan seperti berbohong, menimbun masker untuk kepentingan sendiri, membuat berita hoaks dan larangan-larangan lainnya.
Di saat bencana Corona masih menjadi momok menakutkan, masyarakat justru menambah rasa ketakutan lainnya. Apa tidak cukup menakutkan Corona bagi kita? Sehingga kita menginginkan ketakutan-ketakutan lainnya.
Orang-orang lupa bahwa dajjal tidak akan muncul selama banyak nilai kebaikan dan nilai spiritual keagamaan di muka bumi. Tapi lihatlah saat ini, dari pada sibuk dengan spekulasi keluarnya dajjal dan menambah daftar ketakutan, lebih baik kita membenahi nilai spiritual kita yang semakin hari semakin pudar.
Bagaimana tidak pudar, lihatlah orang-orang semakin menutup pintu hatinya. Mereka menolak jenazah pasien maupun ODP Covid-19. Lucunya, perawat yang merawat pasien Covid-19 pun ditolak jenazahnya sampai-sampai harus dikubur di tempat lain.Â
Padahal perawat adalah orang yang paling berjasa sama seperti dokter dan tenaga medis lainnya dalam penangganan bencana menggerikan ini. Kalau tak ada mereka, apa yang akan terjadi dengan dunia? Tentu saja Covid-19 akan lebih mengerikan.
Di sinilah letak betapa rapuhnya spiritual kita. Selain membutuhkan obat untuk meredakan bencana Corona, kita juga butuh obat spiritual atau hati kita. Bagaimana cara membuat obat spiritual ini? Sederhana saja sebenarnya, jangan membuat ketakutan-ketakutan lainnya apalagi ketakutan yang berkaitan dengan kiamat dan dajjal.Â
Cukup kita di rumah saja dengan berdoa kepada Tuhan dan yang terpenting rasa kemanusiaan plus kepedulian kita antar sesama. Percuma saja jika kita sudah berdoa tapi rasa kemanusiaan dan kepedulian kita sudah hilang.
Jika sudah begini keadaannya dajjal justru semakin tak sabar untuk keluar. Bukan karena virus Corona melainkan karena perliku masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai kebaikan kepada sesama. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H