Jika dalam film azab yang sering emak-emak kita lihat, jenazah yang akan dimakamkan mengalami banyak rintangan mulai dari masuk cor-coran, liang lahat dipenuhi air, gempa dadakan sampai petir menyambar tubuh si jenazah.Â
Jenazah tersebut di masa hidupnya telah berlaku semena-mena dan durhaka. Tapi bagaimana dengan jenazah pasien Covid-19?
Bukankah mereka adalah korban. Mereka, selama sisa hidupnya harus berjuang melawan virus namun Tuhan berkehendak lain. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka yang meninggal karena Covid-19 itu termasuk meninggal dalam keadaan syahid. Lalu kok jenazah mereka ditolak seperti dalam film-film azab di TV?
Ini bukanlah drama azab. Sebenarnya film azab juga berlebihan. Sebegitu kejamkah orang yang meninggal itu? Seolah-olah manusia itu tidak membawa secuilpun kebaikan dalam hidupnya.Â
Padahal Tuhan itu Maha Kasih dan Maha Penyayang. Harusnya bentuk-bentuk azab itu diganti dengan bentuk karomah atau taubatnya seseorang sebelum meninggal sehingga tidak ada skenario-skenario jahat sewaktu meninggal.
Tapi anehnya, jenazah pasien Covid-19 justru ditolak warga. Seperti yang terjadi di Banyumas dan Makassar. Di Banyumas, seorang warga yang sudah dikuburkan malah harus dibongkar lagi makamnya dengan dalih si warga tidak memiliki izin, si warga pasien Covid-19 dan berbagai macam alasan lainnya.Â
Apa salah si jenazah? Keluarganya sudah menerima cobaan berat ditambah cobaan berat lainnya. Bukankah sesama muslim harus saling tolong-menolong dalam pengurusan jenazah.
Sementara di Makassar, warga menutupi jalan dengan ranting dan dahan pohon untuk menghalangi ambulans pembawa jenazah Covid-19.Â
Tak hanya jenazahnya yang ditolak, keluarga jenazah juga dikucilkan dan ditolak tinggal di pemukimannya. Sebegitu mengerikankah Covid-19 atau kemanusiaan mereka yang memang sudah mengerikan dari awal?
Sah-sah saja bagi warga jika merasa takut kalau jenazah pasien Covid-19 dapat menular kepada warga yang masih hidup. Apalagi berita tentang Covid-19 selalu menghiasi layar kaca kita. Berita-berita mengerikan seperti seorang yang tiba-tiba meninggal di jalan, seorang yang tiba-tiba pingsan di warung dan sebagainya.