Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setop Mengajak Swafoto dengan Bule yang Tidak Dikenal!

2 April 2020   21:00 Diperbarui: 2 April 2020   20:59 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu ketika sedang asyik study tour ke Borobudur untuk perpisahan SMA, teman-teman mengantre untuk berfoto pada bule. Waktu itu ponsel pintar sudah ada namun belum secanggih sekarang.

Saya sangat senang ketika berhasil berfoto dengan bule. Begitu pula ketika tempat kursus bahasa Inggrisku sewaktu SMA yang mengadakan praktik ke Magelang, lagi-lagi ke Borobudur. Praktiknya sangat sederhana yakni mengajak bule ngobrol dan mengajaknya berswafoto di sekitar kawasan Borobudur.

Kini setelah kuliah, ada beberapa teman yang bule, dan merasa kalau apa yang dulu saya lakukan itu agak katrok atau ketinggalan zaman. Bule juga mengatakan bahwa sewaktu mereka liburan, mereka tidak suka diganggu orang. Istilahnya mereka sedang me time. Makanya mereka juga kurang suka jika diajak orang lain berswafoto.

Setelah saya membaca buku berjudul orientalism, sebuah karya monumental Edward W Said, saya justru menyesal mengajak bule berswafoto. Kenapa saya lebay sampai menyesal begitu? Karena term Timur dan Barat yang seolah dipisahkan oleh tembok besar nan tinggi.

Orientalisme dalam buku Edward W Said, diartikan sebagai cara memahami Timur melalui sudut pandang Barat. Timur di sini mencakup Timur Tengah, Asia Timur sampai Indonesia. Dan sialnya, Timur dianggap irrasional, bejad moral, kekanak-kakankan, dan "berbeda"; sebaliknya orang Eropa (Barat) lebih rasional, berbudi luhur, dewasa, dan "normal".  

Pemikiran ini semakin merasuk dan melekat ke dalam masyarakat Timur terutama setelah Barat menjajah berbagai wilayah di dunia. Bahkan dari tahun 1815-1914 saja, 85 persen permukaan bumi berhasil dijajah oleh bangsa Eropa (Barat). Keadaan ini membuat nyali orang Timur minder.

Hal ini diperparah dengan fakta bahwa kebanyakan orang Timur ke Barat untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi sementara tujuan orang Barat melawat ke Timur untuk menguasai atau menjajah. Mereka merasa berada di kelas kedua dan ketiga sementara orang Eropa (Barat) ada di kelas pertama.

Lalu apa hubungannya pemikiran orientalisme dengan rasa penyesalan saya sewaktu berswafoto dengan bule? Tentu saja, ini membuktikan bahwa kita masih menganggap orang bule itu sempurna dan hebat. Apa ada orang bule mengajak berswafoto kepada orang Timur (Asia)? Kalau ada itu sangat jarang bahkan sulit ditemukan. Lagian buat apa mereka berswafoto kepada orang Timur.

Padahal banyak bule pergi melancong ke Timur adalah untuk berjemur. Banyak dari mereka tidak menyukai kulit yang sangat putih. Mereka justru mengidolakan kulit yang tidak terlalu putih namun tidak begitu hitam.

Kini zaman sudah berubah. Timur tidak seperti dulu lagi. Lihatlah kemajuan teknologi Korea Selatan, Jepang dan China yang sudah mulai menguasai dunia. Pendidikan di Singapura juga mulai diminati penduduk Barat. Meski Indonesia belum ada tanda-tanda menguasai di bidang teknologi atau pendidikan tapi setidaknya berbagai negara di Timur mulai menggeser posisi Barat.

Barangkali jika Edward W Said masih hidup sampai sekarang ia akan merasa senang atau pride karena dilahirkan dari Timur apalagi banyak sisi dunia yang berubah. Barat tidak lagi mendominasi berbagai aspek kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun