Setiap hari kita selalu disuguhkan berita Covid-19. Pagi-pagi buka ponsel, isi trending Twitter tak jauh dari Corona. Siang-siang buka Instagram, lagi-lagi Corona yang diposting teman-teman maya. Bahkan untuk sekedar hiburan di Youtube, lagi dan lagi Corona. Kita yang tidak ingin nonton TV, terpaksa mendengarkan tentang Corona karena keluarga besar menyalakan TV dengan suara keras. Dan di mana-mana selalu Corona.
Di manakah tempat di mana kita tidak mendengar dan melihat sesuatu tentang Corona? Barangkali satu-satunya jalan adalah dengan mematikan semua perangkat eletronik kita. Atau pergi menyepi di daerah sedikit sinyal. Tapi begitulah faktanya. Kita tidak bisa lari dari berita Corona karena masih menjadi masalah bersama dunia. Meskipun kita di daerah pelosok, warga sekitar juga pasti sedang asyik membicarakan tentang Corona.
Tapi apakah benar tidak ada hikmah di balik bencana Corona? Tuhan menciptakan sesuatu agar manusia bisa mengambil pelajaran tersirat. Pun dengan Corona yang kita dengar sehari-hari, tiap detik, menit dan jam.
Cobalah berganti sudut pandang. Jika selama ini kita melihat Corona sebagai virus yang menjangkit tubuh manusia, cobalah sekali-kali melihat Corona dari segi bumi yang kita pijaki setiap hari, tiap detik, menit dan jamnya.
Berapa emisi yang harus bumi tanggung setiap harinya? Manusia semakin hobi mengoleksi mobil pribadi, semakin rakus membangun pabrik-pabrik yang tidak pro terhadap lingkungan, semakin ingin menambah ini dan itu sampai kita lupa bahwa bumi sudah berusia sepuh. Hingga sering rapuh.
Lapisan ozon yang terbuka oleh emisi-emisi yang kita keluarkan semakin membesar setiap hari, tiap detik, menit dan jam. Tapi lihatlah kini! Bumi kita istirahat sejenak dari lelahnya menanggung zat-zat berbahaya yang dikeluarkan manusia. Bumi kita istirahat dari suara klakson membisingkan setiap hari, tiap detik, menit dan jam.
Kota-kota besar dunia yang dikenal sebagai kota termacet di dunia mendadak lenggang tanpa ada tanda-tanda aktivitas ramai. Tidak seperti biasanya memang. Udara yang dulunya tercemar dengan polusi kendaraan, sejenak rehat. Satu hari rehat, sama berartinya dengan ratusan hari rehat karena kapan lagi bumi bisa istirahat sejak revolusi industri mesin datang.
Lalu apa untungnya bagi bumi yang sedang istirahat sejenak?
Badan Antariksa Eropa melakukan penelitian yang mana membuktikan bahwa misi nitrogen dioksida telah menurun signifikan di Italia setelah lockdown akibat COVID-19. Ini baru Italia, belum negara-negara berpenduduk besar seperti China, India dan Amerika Serikat.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh NASA, bahwa emisi nitrogen dioksida yang biasanya dikeluarkan oleh kendaraan kita, pembangkit listrik, pabrik dan industri-industri lainnya turut menurunkan angka polusi di udara. Akibatnya gas-gas beracun di langit perlahan turun drastis.
Bagi pecinta dan aktivis lingkungan, COVID-19 tidak melulu membawa kabar buruk terutama bagi bumi yang sudah kita pijaki sejak lahir ini. Apa yang kita lihat dari sepinya kota-kota besar seperti New York, New Delhi, Jakarta, London, dan Milan merupakan sebuah keajaiban. Kapan lagi kota-kota itu akan sepi dari aktivitas manusia yang tiada hentinya. Dulu, banyak orang meremehkan perubahan iklim dan cuek terhadapnya. Kini mereka mau tidak mau harus tunduk kepadanya karena berbagai kebijakan dari negara-negara yang melarang warganya beraktivitas di luar rumah. Cara ini membuat mereka sadar bahwa bumi juga selayaknya manusia yang butuh istirahat sejenak.
Yah sejenak saja, jangan terlalu lama-lama karena kabar buruk COVID-19 ini sungguh terasa bagi manusia yang bergantung dari aktivitas di luar rumah. Bagaimana mereka bisa makan jika tidak ada pekerjaan? Bagaimana mereka mengobati anaknya jika dagangannya sepi pembeli. Semua kabar buruk itu sedang dialami  manusia bersama dengan bumi yang sedang tidur nyenyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H