Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melihat Masa Depan Sumedang di Balik Gagahnya Bendungan Jatigede

17 Februari 2020   22:05 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:54 6698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawasan pesisir Bendungan Jatigede terus ditata menjadi destinasi wisata. Akses jalan menuju tempat wisata ditingkatkan. Sehingga pengunjung maupun warga setempat nyaman- Bupati Sumedang 2018-2023


Petikan optimisme bupati Sumedang di akun media sosial miliknya menjelang HardFest Pesona Jatigede April  mendatang. Bupati sangat yakin bahwa Jatigede layak meraih predikat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menjelang perhelatan akbar hajatan warga Sumedang itu. 

Meskipun saya bukan warga Sumedang, saya merasa senang jika suatu saat ada KEK baru di Bendungan Jatigede itu.

Berjuta asa lahir dari bendungan yang mulai dibangun pada tahun 2008 silam itu. Bendungan terbesar kedua se Indonesia dan Asia Tenggara ini mulai beroperasi penuh pada tahun 2017.

Banyak warga bergantung pada bendungan tersebut, mulai dari irigasi persawahan, pembangkit aliran listrik, ekonomi kreatif, dan rekreasi.

Segenap elemen masyarakat pasti percaya bahwa bendungan ini akan semakin dikenal jika ada upaya-upaya serius dari pemerintah setempat dalam membangun eksistensi bendungan. 

Beberapa jalan menuju bendungan diperbaiki, kawasan Jatigede dipercantik, dan masyarakat turut dilibatkan penuh dalam setiap proses pembangunan menuju KEK.

Kawasan Ekonomi Khusus melalui Bendungan Jatigede ini adalah salah satu bentuk ikhtiar dalam pembangunan ekonomi daerah, pembangunan yang merata, dan peningkatan daya saing bangsa. 

Tentu kita tidak ingin hanya Bandung yang dikenal masyarakat luas. Jawa Barat sangat luas, dan Sumedang memiliki potensi yang tak kalah maju dengan Bandung dan daerah lainnya.

Saat ini sudah ada 15 KEK di seluruh Indonesia yang dibagi menjadi dua tipe, KEK kawasan industri dan pariwisata. Dan tidak ada satupun wilayah di Jawa Barat yang mendapatkan predikat KEK ini.

Tentu saja, Sumedang akan menjadi KEK pertama di Jawa Barat jika proposalnya disetujui. Jika sudah disetujui pasti akan muncul KEK lainnya di Jawa Barat.

Dalam upaya menuju KEK, Pemkab Sumedang merujuk pada keberhasilan KEK wilayah Mandalika Nusa Tenggara Barat. Indonesia Tourism Development Cooperation (ITDC) menjadi partner setia dalam skenario percepatan Jatigede menjadi salah satu bagian dari KEK. ITDC ini juga partner percepatan KEK Mandalika sehingga Sumedang belajar banyak darinya.

Kawasan KEK Mandalika ini diproyeksi akan menambah wisatawan yang melancong ke Mandalika. Apalagi dengan dibangunnya sirkuit MotoGP di sana, investor dunia pun berlomba-lomba berinvestasi.

Dampaknya sangat besar bagi masyarakat sekitar. Lapangan pekerjaan nantinya akan semakin terbuka lebar. Dan ekonomi daerah akan meningkat pesat.

Hal ini bisa dilihat dari pergerakan progresif yang sebelumnya sudah dialami oleh KEK yang ada di Indonesia di mana hingga akhir 2019, aliran investasi di 15 KEK itu berjumlah sekitar Rp. 22,2 triliun.

Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat tajam, mengingat banyak potensi besar di 15 KEK ini. Tak ayal jika nantinya KEK mampu menciptakan 8.686 tenaga kerja dalam negeri.

Proyeksi KEK Mandalika dan ke 14 KEK lainnya ini menjadi daya pacu semangat bagi calon KEK Bendungan Jatigede. Kawasan Bendungan Jatigede sebagaimana disebut di atas, memiliki daya tarik yang tidak sembarangan, tak kalah dengan 15 KEK lainnya.

Prediksi ini didukung dengan pembangunan jalan tol Cisumdawu dari Bandung ke Bandara Kertajati Majalengka yang melewati Sumedang. Posisi Sumedang sangat strategis karena berada di tengah-tengah.

Ini memungkinkan wisatawan untuk berkunjung ke Sumedang sebelum melanjutkan perjalanan ke bandara baru di Majalengka atau perjalanan ke Bandung.

Memanfaatkan Momentum HardFest

Hardfest merupakan ajang tahunan Sumedang yang memamerkan potensi ekonomi dan pariwisata di Sumedang. HardFest ke empat ini digadang-gadangkan akan lebih meriah karena membawa kampanye KEK Bendungan Jatigede.

Sebelum jauh melangkah di HardFest dan kampanye KEK Bendungan Jatigede, Pemkab Sumedang sudah menyiapkan skenario penting terkait konsep 3 A yakni atraksi, aksesbilitas dan amenitas. Saya kagum dengan konsep ini. Saya pun tertarik untuk mengulasnya lebih jauh berdasarkan opini dan fakta yang ada.

Pertama, atraksi di kawasan Bendungan Jatigede disulap mengikuti perkembangan zaman. Daya tarik Jatigede bukan hanya air dan PLTA. Ada banyak hal yang nantinya akan dibangun di sekitar Jatigede.

Konsep wisata 4.0 ini merupakan daya tarik wisatawan. Jatigede tak hanya menawarkan panorama alam membentang luas saja melainkan ada pula spot-spot hiburan yang akan membuat wisatawan betah berlama-lama di sana.

Saya membayangkan di Jatigede ada wahana Aqua Fun seperti di Ancol. Wahana permainan buatan di tengah waduk ini akan menguji keberanian pengunjung. Wisata di tengah air pun bukan hanya sebatas bebek-bebekan saja tapi juga mengikuti perkembangan zaman.

Spot foto menarik sudah dipasang di beberapa tempat di sekitar Jatigede. Tentu saja ini merupakan langkah tepat dalam mewujudkan atraksi di zaman 4.0. 

Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah jangan sampai spot foto tersebut menghalangi pemandangan dan merusak alam. Kalau saja atribut spot foto menggunakan QR code, tentu saja ini akan semakin keren dan tidak makan banyak tempat.

Atraksi Bendungan Jatigede juga bisa ditambahkan dengan wisata kota mati. 

Kenapa kota mati? Karena ketika musim kemarau tiba seluruh air di bendungan itu mengering menyisahkan reruntuhan bangunan bagai kota yang ditinggalkan oleh pemiliknya.

Ide wisata kemarau ini berbeda dengan ide wisata di musim hujan. Pastinya Aqua Fun ala Ancol sangat cocok diaplikasikan ketika waduk berisi air.

Atraksi wisata kota mati saat Jatigede surut, sumber: RRI.co.id
Atraksi wisata kota mati saat Jatigede surut, sumber: RRI.co.id
Kedua, aksesbilitas ini sangat penting untuk menarik wisatawan datang. Akses yang mudah dan cepat adalah poin penting di sini. Pembangunan tol Cisumdawu yang belum rampung-rampung menjadi PR besar.

Untungya Pemprov Jawa Barat sudah menekan percepatan pembangunan tol tersebut agar bisa digunakan sebelum akhir tahun 2020.

Ini imbas dari sepinya Bandara Kertajati lantaran tol belum rampung akibatnya mereka harus menempuh perjalanan kurang lebih tiga sampai empat jam dari Bandung ke Bandara Kertajati Majalengka.

Jika pembangunan tol Cisumdawu ini rampung, diharapkan wisatawan akan tertarik mengunjungi Sumedang apalagi tol tersebut menghubungkan jauh sampai Bandara Kertajati.

Jarak Bandung ke Sumedang pun bisa ditempuh hanya setengah jam saja dan jarak Bandara Kertajati ke Sumedang tak lebih dari dua puluh menit asal tol Cisumdawu selesai dibuat.

Pemkab juga harusnya menyediakan bis gratis dari bandara ke Sumedang untuk mengaet turis datang di awal-awal peluncuran KEK. Atau bisa juga dibuatkan paket-paket wisata murah di Sumedang yang dipromosikan lewat bandara.

Cara ini memungkingkan turis datang tanpa tanda tanya besar, karena kendala utama pariwisata adalah akses menuju ke tempat wisata. Seringkali wisatawan kesulitan arah karena tidak ada integrasi yang baik antara bandara dengan tempat wisata.

Dengan menjamurnya transportasi online juga akan menambah daftar kemudahan turis menuju tempat wisata. Mereka bisa langsung memesan transportasi tersebut begitu keluar dari Bandara Kertajati.

Ketiga, amenitas atau kenyamanan di tempat wisata. Percuma saja berwisata di Jatigede jika tidak ada hotel layak di sekitarnya. Di sinilah letak kenyamanan itu. Wisatawan yang datang harusnya mudah dalam mencari penginapan di sekitar mereka.

Pelayanan di tempat wisata juga perlu diperhatikan. Pemandu wisata harus disiapkan sedini mungkin agar wisatawan yang datang tidak kecewa. Mereka juga perlu dilatih dalam penerapan bahasa asing yang baik. 

Jangan hanya mentok di bahasa Sunda atau Indonesia saja. Kalau sudah menjadi KEK harusnya banyak wisatawan asing yang datang sehingga penguasaan bahasa asing sangat penting digalakkan sejak dini melalui bangku pendidikan formal maupun non-formal.

Kenyamanan di tempat wisata juga berkaitan erat dengan lingkungan. Lingkungan yang bersih dan asri akan mengundang banyak wisatawan berdatangan. 

Mereka juga tidak akan kapok untuk mengunjungi Jatigede lagi. Siapa sih yang mau berwisata di tempat yang jorok, bau, banyak sampah dan lingkungan yang semrawut?

Setelah 3 A sudah dimaksimalkan, maka HardFest 2020 ini bisa menjadi ajang pembuktian diri bahwa Jatigede memang layak meraih predikat KEK menyusul 15 KEK lainnya di Indonesia. 

Namun jika belum atau masih kurang maksimal, lebih baik benahi terlebih dahulu semuanya. Terburu-buru bukan hal yang baik, lebih baik matang dulu baru meledak jauh seperti pepatah Jawa yang mengatakan alon-alon asal kelakon (santai saja asal terlaksana dengan baik).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun