Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Sering Disalahpahami tentang Arab

8 Februari 2020   20:58 Diperbarui: 8 Februari 2020   21:09 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: aljazeera.com

Semenjak Islamisme berkobar-kobar di berbagai belahan dunia, banyak perubahan budaya terjadi. Dimulai dari Revolusi Iran dengan berdirinya negara republik Islam pertama di dunia, lalu era peralihan Turki dari sekulerisme menuju Islamisme melalui partai AKP yang berkuasa, dan deretan peristiwa lainnya termasuk demo berjilid-jilid di Indonesia. Semangat Islamisme ini merambah ke sebutan Arabisme, padahal Turki dan Iran bukan negara dengan mayoritas suku Arab loh. 

Akhirnya semua orang yang berjenggot dianggap kearab-araban, seseorang yang memiliki titik hitam di kening disebut mirip orang Arab, dan berbagai macam penampilan yang sedikit-sedikit dikaitkan dengan Arab.

Unta pun ikut-ikutan dibawa. Mereka sering menyebut kaum kolot untuk minggat saja ke negeri unta itu. Padahal banyak juga populasi unta di Australia. Ada pula yang mengaitkannya dengan padang pasir, sebutannya orang baru turun dari gurun. Biasanya sebutan itu muncul di media sosial untuk menjelek-jelekkan seseorang yang terlalu kearab-araban. Lalu apa iya, semua itu adalah identitas Arab? Dan apa iya Arab itu sama dengan Islam?

Banyak orang tidak menyadari bahwa Arab itu adalah sebuah suku. Lazimnya sebuah suku, maka ada yang beragama Islam dan ada pula yang non-Islam. Dan Arab pun tidak melulu berbicara jenggot, jubah, dan segala macam aksesorisnya karena banyak terjadi asimilasi dan akulturasi di dalamnya. 

Menurut pakar Timur Tengah Riza Sihbudi dalam bukunya Menyandera Timur Tengah, banyak orang Arab yang juga berambut cokelat, berkulit putih bahkan bermata biru. Sampai ada pula yang berbusana bikini. Mereka sudah bercampur baur dengan banyak budaya lain di luar Timur Tengah. Sama seperti di Indonesia. 

Bangsa Arab juga bukan hanya ada di Arab Saudi. Arab Saudi hanya sebagian kecil orang Arab, karena ada Mesir, Uni Emirat Arab, Maroko, Oman dan masih banyak lagi lainnya. Semuanya tergabung dalam organisasi Liga Arab, perkumpulan bangsa Arab yang sebagian besar berbahasa Arab dan totalnya ada 20 negara yang mengaku sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Arab. Dan tentu saja tidak semua wilayah Arab itu padang pasir karena ada juga daerah hijau di sana.

Apa karena Habib Rizieq ada di Arab Saudi? Sehingga mereka akan puas dengan mengait-kaitkan golongannya sebagai bagian tak terpisahkan dari Arab?

Padahal Habib Rizieq ini tidak bersuku Arab asli pun tidak memiliki kartu identitas Arab. Arab Saudi pun sangat memprioritaskan warga negaranya sendiri. Lalu kenapa media sosial selalu mengarahkan segala sesuatu yang berbau Habib Rizieq dengan Arab?

Kita hidup di zaman post truth di mana banyak sekali bias dalam melihat segala sesuatu. Adanya sebuah kolektif ide yang disepakati bersama, seolah-olah semua itu sudah benar dan mutlak menurut versi mereka. Padahal kalau mereka belajar tentang dunia Arab, semua itu tak ada hubungannya sama sekali.

Pernahkah kalian melihat orang yang berjenggot, memiliki titik hitam di kening, jubah panjang dan memakai celana cingkrang? Lalu pernahkah kalian berprasangka yang tidak-tidak bahwa mereka termakan budaya Arab? Bahkan orang di seluruh negara Liga Arab saja memiliki banyak budaya, penampilan dan pakaian yang berbeda-beda satu sama lain. Sekali lagi Arab itu bukan hanya Arab Saudi loh.

Tapi masih mending sih berprasangka bahwa mereka sebagai orang yang termakan budaya Arab, lebih parahnya adalah mengaitkan mereka sebagai kelompok radikal ekstrimisme. Padahal hanya melihatnya secara sekilas.

Apa iya seseorang yang berjenggot panjang itu beragama Islam? Apa iya orang yang bercelana cingkrang itu pasti pengetahuan Islamnya sangat luas? Dan apa benar orang yang memiliki titik hitam di kening pasti radikal? Jawabannya belum tentu.

Sekarang ini budaya sudah mulai berbaur dengan budaya lain. Kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja hanya dalam sekali lihat. Banyak juga orang yang berjanggut adalah pemeluk agama Yudaisme atau Yahudi. Tidak sedikit orang yang ingin terlihat fashionable dengan memakai celana cingkrang. Dan bisa jadi orang yang memiliki titik hitam di kening ini adalah seorang penganut agama Kristen, mungkin saja dulunya pernah jatuh lalu menimbulkan bekas titik hitam. Semua itu hanya sebuah identitas yang tidak mencerminkan suatu agama atau suku.

Jadi setelah ini jangan menghina mereka dengan sebutan Arab lagi yah, gak akan nyambung soalnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun