Di saat dunia sedang berduka atas kemunculan virus yang belum ditemukan penawarnya bernama Corona, sementara di jagat Indonesia sedang sibuk-sibuknya mengaitkan virus itu sebagai azab yang Tuhan berikan kepada Rezim Tiongkok.Â
Rezim Tiongkok yang menganut paham komunisme dianggap berlaku tidak adil terhadap muslim Uighur di daerah otonomi Xinjiang. Kamp konsentrasi disebut sebagai upaya pemerintah mereduksi agama Islam di bumi Tiongkok. Entah benar atau propaganda Barat belaka, tapi apakah ada hubungannya dengan virus corona?
Kalau Tuhan mau memberi azab atas tindakan Rezim Tiongkok kepada masyarakat muslim Uighur, kenapa bukan Beijing saja yang terkena azab virus karena pusat pemerintahan Tiongkok berada di Beijing bukan di Wuhan (asal dari virus corona dan tempat terparah penderita virus corona)? Pun jika kita melihat peta, jarak Wuhan ke Beijing terpaut ribuan kilometer.
Azab adalah hak mutlak Tuhan yang mana bukan menjadi urusan manusia. Mana bisa manusia tahu, tempat A terkena azab sementara tempat B tidak terkena azab padahal sama-sama terkena musibah dan bencana. Kita hanya tahu azab Tuhan lewat kitab suci yang kita anut, di luar dari itu kita tidak bisa langsung menjudge bahwa mereka terkena azab.
Daripada sibuk mengait-kaitkan azab, lebih baik kita intropeksi diri dan mawas diri. Virus corona yang telah merenggut 41 jiwa di Tiongkok ini diduga kuat berasal dari hewan. Vincent Munster mengatakan virus corona berasal dari virus kelelawar. Sementara pendapat lain mengatakan virus corona berasal dari ular Tiongkok.Â
Kita tahu betul, kebanyakan orang Tiongkok suka mengonsumsi hewan liar dan buas bahkan sebagian dari mereka langsung memakannya secara mentah. Padahal hewan-hewan seperti itu rawan sekali dengan bakteri dan kuman apalagi tanpa dimasak terlebih dahulu. Hewan yang biasa kita konsumsi saja kadang berbahaya apalagi yang liar dan buas. Lalu kenapa virus corona tidak menjangkit orang-orang di Tomohon yang sama-sama mengonsumsi hewan liar dan buas?
Inilah gunanya intropeksi diri dan mawas diri. Manusia disediakan alam yang berlimpah ruah oleh Tuhan Sang Maha Kasih, namun jika manusia serakah, siapa yang salah? Daripada sibuk mengaitkan bencana virus dengan azab, lebih baik kita turut menjaga keseimbangan alam dengan tidak memburu hewan liar dan buas secara brutal. Tanpa hewan-hewan itu, rantai makanan tidak akan seimbang. Jika rantai makanan tidak seimbang, banyak ancaman yang juga mengintai.
Lain cocokologi azab, lain lagi teori konspirasi. Jika cocokologi azab dikaitkan dengan agama, teori konspirasi dikait-kaitkan dengan Amerika Serikat.Â
Seperti kita ketahui bersama bahwa AS dan Tiongkok sedang hangat-hangatnya melakukan perang dagang maka banyak juga yang berpikiran bahwa AS melakukan propaganda dengan virus corona.
Virus corona diduga berasal dari senjata perang biologi di laboratorium khusus daerah Wuhan. Kebocoran laboratorium ini membuat virus menyebar sebelum digunakan dalam perang. AS menduga bahwa Tiongkok sudah lama menyimpan virus tersebut. Pernyataan itu dibantah oleh Beijing karena belum diketahui pasti asal-muasal virus yang dinamakan nCoV itu.Â
Dulu AS juga menduga bahwa Irak menyimpan senjata kimia pemusnah masal atau WMD sampai AS merasa punya hak sebagai polisi dunia untuk mengintervensi Irak namun sampai kini tidak ditemukan senjata itu di Irak. Apa Tiongkok akan bernasib sama seperti Irak?
Saya kira pemikiran itu terlalu jauh. Sebelumnya Tiongkok juga berhadapan dengan banyak virus mematikan yang lahir dari Negeri Panda itu seperti SARS yang berasal dari musang Tiongkok dan ada pula virus H5N1 atau flu burung. Kedua virus itu tidak sampai membuat AS mengintervensi Tiongkok. Teori konspirasi juga hilang seiring hilangnya berita tentang virus tersebut dari permukaan media.
Baik wabah cocokologi azab maupun teori konspirasi, keduanya akan selalu muncul di setiap peristiwa besar terjadi. Ini bukti bahwa manusia selalu memiliki hal yang tidak disukai. Profesor Chris French, seorang psikolog asal London mengungkapkan bahwa munculnya teori-teori di luar nalar itu muncul karena ada tembok pemisah antara kita dan mereka yang selalu berseberangan.
Cocokologi azab muncul karena kita merasa bahwa kita adalah muslim sementara mereka (Tiongkok) adalah komunis anti muslim. Teori konspirasi juga sama, di mana dua raksasa dunia AS dan Tiongkok semakin membangun keyakinan 'kita' dan 'mereka'. Keyakinan kita dan mereka yang tidak dilandasi dengan bukti ilmiah akan memunculkan paham benar dan salah. Akibatnya keduanya akan saling menyalahkan karena sama-sama merasa paling benar.
Kira-kira cocokologi azab dan teori konspirasi apa lagi yang akan muncul di kemudian hari? Semoga ini yang terakhir.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H