Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memeluk Kegelapan Jiwa

14 Januari 2020   16:45 Diperbarui: 14 Januari 2020   16:59 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desiran lonceng meraung di ujung pangkal dada
Suara bisikan semu merasuk sampai otak
Tetesan air kran terdengar sangat keras tak retak
Mengalahkan tangisan jiwa yang penuh kesepian

Mereka sebut penyakit mental adalah lumrah biasa
Mereka tak tahu sudah ada berapa nyawa melayang sia-sia karenanya
Tak kenal usia karena siapa saja bisa didatanginya

Ini bukan dongeng menyeramkan dari nenek lampir kepada prajurit merapi
Jiwa yang kosong bisa merongrong tak kenal waktu
Ada kalanya seseorang yg selalu memeluk kegelapan didekap
Ada kalanya seseorang yang berteman kegelapan didengar
Ada kalanya seseorang yang terluka dengan goresan kegelapan diobati

Memeluk kegelapan
Tak selamanya hidup gelap
Sebagaimana kodrat bumi
Kadang pagi mentari kadang gelap tanpa rembulan
Hanya saja kita sering melupakan
Lebih teringat akan sebuah kegelapan yang memeluk jiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun