Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mati Seorang Diri

11 Januari 2020   20:57 Diperbarui: 11 Januari 2020   21:02 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/illustrations/dongeng-malam-musik-ikan-langit-1180921/

Seseorang di seberang sana
Di sebuah tanah perantauan
Berselimut sebuah ketakutan fana
Ia memandang seisi ruangan

Seseorang yang jauh dari rumah
Di sebuah tanah penuh harapan
Bergelimang keinginan bertuah
Ia memandang kosong lukisan

Mulanya seseorang itu ingin hidup bahagia
Tanpa perlu meninggalkan duka bagi keluarga
Ia terus bercerita bahagia kepada mereka
Ia terus berkata ia tahan banting untuk banting tulang

Menahan rindu amat berat setiap detik
Merona senja diterpa kehampaan
Beton-beton tinggi menutupinya dari kegerahan
Ular besi memanjang mengantarkannya pulang

Langkah kaki pantofel melewati uluran tangan di jalan
Gang sempit tanpa sinar mentari kerap kali menakutinya

Ada satu hal penting yang terus ia pikirkan
Ia akan mati seorang diri
Dalam sebuah ruangan kecil berpetak-petak
Ia tidak kenal siapa tetangganya
Ia hanya kenal wajah
Sehari-hari ia habiskan di depan komputer di dalam sebuah beton besi

Ia terus berpikir, bagaiamana jika ia mati seorang diri
Tanpa bisa memanggil ayah, ibu atau saudara
Ia tinggal bermil-mil jauhnya
Lemari cokelat dan tembok putih akan menyaksikannya
Ia hanya akan bercerita kepada kasur
Menatap lukisan ketika wisuda tanpa mulur

Bagaimana kalau hari ini ia mati seorang diri
Tanpa bau obat atau infus
Matanya akan kosong sejenak
Perlahan ia menghilang tanpa pamitan dan tanpa ucapan perpisahan

Akhirnya ia hanya bisa menuliskan kata-kata di atas kertas bercap perusahaan
Ia ingin mengatakan bahwa ia bahagia terlahir di dunia
Meski dunia tidak begitu bersahabat dengannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun