Perihal perlu atau tidaknya mencantumkan gelar akademik dalam sebuah undangan pernikahan menjadi perdebatan sengit. Kedua kubu masing-masing memiliki alasannya kenapa harus dan kenapa tidak harus.Â
Kubu pertama yang menganggap penting mencantumkan gelar akademik berdalih bahwa itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga dari orang tua yang bisa menyekolahkan anaknya hingga jenjang sarjana atau pascasarjana. Ada pula yang ingin menunjukkan pencapaiannya dalam hidup kepada yang diundang.
Kubu kedua adalah yang tidak suka perihal mencantumkan gelar ke dalam sebuah undangan pernikahan. Mereka mempunyai alasan tersendiri seperti menganggap bahwa gelar akademik hanya perlu dicantumkan dalam ijazah atau surat khusus karena pernikahan adalah perihal dua jiwa yang bahagia bukan dua sarjana yang bahagia.Â
Pernikahan juga dianggap sebagai cara merayakan kebahagiaan dua keluarga yang disatukan bukan merayakan kelulusan atau kenaikan jabatan seorang. Ada pula yang mungkin merasa malu jika mencantumkan gelar karena salah satu mempelainya hanya lulusan SMA.
Perihal mencantumkan gelar atau tidak ini sempat viral ketika Tasya Kamila dan Randi Bachtiar tidak mencantumkan gelarnya di undangan pernikahan mereka padahal mereka merupakan lulusan master di universitas top dunia, Tasya Kamila jebolan Columbia University dan Randi Bachtiar lulusan Harvard University. Banyak warga internet memujinya karena mereka dianggap tidak pamer sosial.
Sebagian orang lagi kekeh ingin tetap mencantumkan gelar akademik karena mereka berdalih sudah lelah tenaga dan biaya untuk bisa sampai sarjana sehingga perlu untuk mencantumkannya. Dalih argumen ini diserang oleh Sudjiwo Tedjo bahwa daripada menunjukkan gelar akademik lebih baik menunjukkan karya di bidang apapun di masyarakat.
Sebenarnya mau mencantumkan gelar atau tidak itu merupakan sebuah pilihan, tidak perlu diperdebatkan panjang lebar. Namun sepertinya kita bisa meniru cara Ari Prima dalam membuat undangan pernikahan yang baru-baru ini viral tak kalah viralnya dengan Tasya Kamila.
Ari Prima membuat undangan pernikahan bak pembukaan sebuah jurnal- ada judul, nama, abstrak, pendahuluan, dan tabel dalam satu lembar penuh. Tentu saja, lazimnya jurnal adalah mencantumkan gelar akademik. Undangan pernikahan rasa jurnal ini mengundang tawa bagi warga yang selama ini sibuk memperdebatkan mencantumkan gelar atau tidak.
Di samping mengundang tawa ada pula yang sinis atau tidak suka. Mereka berpikir kalau si mempelai sangat kebelet ingin jurnalnya segera terbit scopus. Ada pula yang menganggap si mempelai terlalu berlebihan dan hanya ingin numpang tenar agar diundang stasiun TV. Karena memang yang viral-viral tak pernah absen dari TV.
Si mempelai pria, Ari Prima yang ternyata seorang dosen UMM lulusan magister dan doktor bidang peternakan Undip pun angkat bicara. Menurutnya, ia hanya membuat 20 undangan bergaya jurnal itu untuk rekannya sesama dosen dan kawan-kawannya sesama penerima beasiswa PMDSU (Program Magister Lanjut Doktor untuk Sarjana Unggul).Â
Ari terinspirasi membuat undangan tersebut lantaran kebiasaannya menulis jurnal yang juga sering tembus scopus, bukan untuk bergaya-gaya atau numpang tenar karena momen pernikahan hanya sekali dalam hidup, begitu cuitan balasan darinya.Â
Aksi Ari ini menunjukkan kreativitasnya, selain menampilkan karya tapi juga gelar akademik di atas kertas HVS biasa yang harganya sangat murah. Jadi apakah kalian akan meniru cara Ari Prima? Tapi sebelumnya kalian harus terbiasa nulis jurnal scopus terlebih dahulu biar tidak dibully habis-habisan oleh netizen yang maha benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H