Pada waktu itu, hatiku benar-benar ambyar. Ini bukan tentang lagu Ambyar milik Didi Kempot, tapi ini sebuah pengalaman pahit sebelum saya mengenal J&T Express yang sedang melejit karena menjadi yang paling favorit.
Cerita tersebut bermula saat saya hendak mendaftar beasiswa Pemerintah Tiongkok. Tahapan beasiswa dari negeri Tirai Bambu tersebut cukup mudah, unggah berkas dan kirim berkas lalu wawancara. Berkas yang dibutuhkan juga tidak terlalu ribet mulai dari rencana studi dan surat rekomendasi. Berkas-berkas tersebut lalu diunggah ke situs penyedia beasiswa bersamaan dengan formulir digital yang harus diisi dengan penuh konsentrasi.
Masalahnya adalah saya baru bisa mengunggah berkas soft file ke situs daring di hari-hari terakhir pendaftaran. Saya hanya memiliki waktu satu hari untuk mengirim berkas-berkas asli atau hard file ke kantor Kedutaan Besar Tiongkok. Mulanya saya yakin bisa mengirim berkas dengan layanan satu hari sampai karena sudah mepet dengan deadline. Tibalah saya di sebuah perusahaan ekspedisi di Pekalongan. Kata si kasir, berkas saya akan tiba di Jakarta besok harinya. Nyatanya berkas saya baru tiba di Kedubes Tiongkok dua hari kemudian, itu artinya saya gagal sebelum bertempur di tahap wawancara. Apa daya, nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur.
Partner Setia Di Setiap E-Activism
E-Activism atau internet activity adalah sebutan populer dari berbagai ragam kegiatan di dunia internet dan digital. E-Activism semakin menggurita ditandai dengan datangnya Industri 4.0. Setiap hari, kita sulit melepaskan cengkraman digital agar tidak tertinggal informasi faktual dan perkembangan global. Semua aktivitas dapat dilakukan berkat kecanggihan kecerdasan buatan.Â
Meski E-Activism berkaitan dengan dunia digital, kenyataannya E-Activism tidak dapat dipisahkan dari aktivitas di dunia nyata. Dua hal tersebut saling melengkapi dan menyempurnakan aktivitas manusia. Seperti pengalaman yang saya lakoni, saya tidak cukup hanya melakukan pendaftaran secara daring, ada proses luring di dalamnya. Sama seperti ketika kita berbelanja di sebuah situs e-commerce, kita tetap membutuhkan penjual dan kurir barang yang nyata. Logistik di era Industri 4.0 tetap membutuhkan teknisi-teknisi andal guna memperlancar aktivitas serba digital. Seharusnya, dengan bantuan teknologi, semua aktivitas di luar digital bisa semakin lebih mudah karena ada interaksi yang saling mendukung antara teknologi dan manusia.
Pengalaman buruk saya terhadap salah satu perusahaan ekspedisi tidak akan terulang kembali setelah mengenal J&T Express dari kakak saya yang seorang pedagang online. Kakak saya sudah berkali-kali bertransaksi dengan J&T Express dengan berbagai kemudahan yang saya rangkum menjadi 7 P. Dan kini, saya sendiri sudah membuktikannya.