Akhir-akhir ini muncul generasi media sosial. Mereka datang membentuk sebuah dunia baru tanpa batas. Dunia maya namanya, di dunia maya alias dunia yang sekilas nampak tapi sebenarnya tidak ada, begitu definisi yang saya ambil dari KBBI, membuat kita terlena dengannya sampai-sampai melupakan dunia nyata.
Sayangnya, sebagian dari mereka suka mengeluh dan kerap kali tidak mengindahkan kemudahan yang diberikan. Akibatnya, mereka kadang kurang siap menghadapi permasalahan di dunia nyata yang jelas-jelas nampak di depan mata.
Saya memiliki sedikit cerita di mana semua itu bisa membuktikan bahwa dunia tidak hanya sebatas dalam genggaman tangan. Alam liar salah satunya. Alam adalah sesuatu yang memberikan kita pelajaran hidup, bukan mengajarkan kita untuk saling menghujat antar sesama lewat jejaring media sosial. Maka dari sini pula generasi solutif akan lahir.
Baiklah, cerita pertama dimulai ketika saya dan 7 orang terpaksa harus memutar otak ketika minibus yang kami tumpangi mogok di tengah perjalanan menuju penginapan. Di benak kalian, apa yang harus kami lakukan pertama kali?
Tentu saja, tinggalkan kepanikan. Berkali-kali saya tekankan pada mereka bahwa kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah. Sama seperti ketika terjadi gempa, kalau kita panik, bisa-bisa kita malah salah dalam mengambil langkah yang tepat. Kata orang bijak, panik tanda kurang piknik. Ada benarnya juga, orang yang suka piknik atau berpetualang akan mengerti bahwa alam adalah anugerah bukan musibah.
Saya beruntung, 7 orang di samping saya pada waktu itu adalah orang-orang yang suka piknik. Buktinya mereka menghabiskan libur panjang di hutan kawasan Taman Nasional Manusela ini dengan menyewaku sebagai pemandu wisata. Sebenarnya ada 6 orang (Fred, Anggi, Kanaya, Lukman, Prita, dan Kevin) satu orang lainnya adalah supir minibus kepercayaanku, Her. Tapi siapa meragukan supir minibus yang sudah berkepala lima itu, pasti pengalaman pikniknya lebih banyak dari kami.
"Kanaya, kepanikan dalam dirimu tidak akan membawa kami semua ke penginapan dengan cepat. Hilangkan kepanikanmu, ada kami di sampingmu, tenang saja!"
Saya menyuruhnya untuk menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan-lahan. Terapi tersebut sedikit lumayan membuat kepanikan Kanaya menurun.
Apa langkah selanjutnya?
Tentu saja menghubungi semua kontak nomor di ponsel. Dengan minimnya sinyal, kami bersyukur bisa menghubungi orang di penginapan. Namun butuh waktu 2 jam 15 menit untuk bisa tiba di lokasi kami, itu pun memakai satu mobil sedan berkapasitas 4 orang, artinya harus bolak-balik untuk bisa mengangkut semua rombongan.