Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita di Balik Toga

18 Januari 2018   15:49 Diperbarui: 18 Januari 2018   19:29 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emak, ada apa? Bagaimana kabar, Mak dan keluarga?"

"Baik, Nak! Sudah ya emak mau masak dulu takut gosong masakan emak. Emak bangga kok sama Kamu, Nak. Nanti emak kabarin lagi. Jaga kesehatan ya, Nak!"

"Oh begitu, ya sudah, Mak! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***

Sudah dua minggu lamanya Maesarah tidak menghubungi keluarganya di rumah. Hal ini dikarenakan Maesarah sangat sibuk mengurusi administrasi wisuda. Di saat itu ada kiriman paket datang. Entah dari siapa karena nama pengirim tidak tertulis di bagian depan.

"Tidak mungkin keluarga di rumah yang mengirim paket ini," pikir Maesarah namun dugaan Maesarah keliru ketika melihat isi dalam paket yang tertulis dengan tinta merah kalau paket itu berasal dari ayahnya. Toga berwarna hitam pekat.

"Mana mungkin Bapak mengirimkan toga, toga dan baju wisudakan sudah disediakan di kampusku," pikir Maesarah lagi namun ia masa bodoh yang terpenting ternyata selama ini ayahnya peduli kepadanya sampai-sampai mengirimkan toga kepadanya di saat keadaan ekonomi rumah yang sedang memburuk.

***

Malam hari sebelum hari wisuda datang, Ibu Maesarah menelponnya. Awalnya pembicaraan hanya sebatas konfirmasi dari ibunya bahwa ia dan keluarganya sudah siap-siap menuju Jakarta naik pesawat menghadiri acara wisuda akbar. Namun malam itu pembicaraan semakin melebar hingga rencana Maesarah untuk kuliah master ke luar negeri sempat pupus ketika ibunya menasehatinya agar tidak usah melanjutkan pendidikan ke luar negeri. 

Ibunya hanya ingin Maesarah cepat-cepat kembali ke kampung halamannya dan mengabdi sepenuhnya bagi tanah kelahirannya. Maesarah bersikukuh keras bahwa ia tidak ingin mengabdi di kampung halamannya yang isinya orang-orang yang suka mengejek dan menghina keluarganya karena miskin. Menurutnya Maesarah hanya ingin menjadi orang kaya yang bisa membangun rumah mewah untuk keluarganya dan menyekolahkan adik-adiknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Bukankah sekarang masyarakat di kampung halamannya hanya melihat seseorang dari sisi materinya saja. Ibunya tetap bersikukuh keras agar Maesarah cepat-cepat untuk mengabdi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun