Perubahan zaman yang semakin cepat dengan ditandai munculnya era digital menuntut orang-orang agar lebih kreatif dan inovatif. Begitu pula dengan dunia industri.Â
Baik industri pangan, hiburan sampai industri pariwisata. Kini banyak sekali inovasi-inovasi bermunculan di bidang pariwisata. Dulu waktu saya kecil, pantai hanya sekedar tempat berenang namun kini pantai disulap dengan begitu indahnya sehingga aktivitas lebih dari sekedar berenang.Â
Berfoto ria di tempat wisata adalah salah satu aktivitas di era digital ini. Tak sekedar berfoto, meng-upload foto di media sosial pun seperti sudah menjadi kebutuhan primer.Â
Tak lengkap jika berkunjung ke tempat wisata tanpa berfoto. Dari sinilah muncul ide-ide dari pengembang wisata agar membuat segala sesuatu yang unik, menarik, dan instagramable (istilah gaulnya).
Munculnya kampung pelangi Jodipan di Malang, yang mana disulap oleh tangan-tangan kreatif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang atau UMM.Â
Lantas ditiru di beberapa tempat wisata di Indonesia. Spot foto di bukit dengan beberapa hiasan, tulisan dan daya tarik lainnya yang menarik wisatawan pun kini sudah mudah ditemui di beberapa daerah di Indonesia. Industri kreatif seperti tidak ada matinya di dunia pariwisata. Ide-ide baru pun sering bermunculan.
Namun bagaimana jadinya jika kalian terlibat langsung dalam pengembangan wisata tersebut? Hal tersebut dialami oleh saya ketika sedang bertugas dalam pengabdian masyarakat di sebuah pulau kecil di Kabupaten Belitung, Pulau Mendanau namanya.
Belitung memang terkenal dengan wisata alamnya. Wisata di Belitung semakin naik pamor begitu Film Laskar Pelangi ditayangkan dan sempat booming, tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri. Lantas bagaimana dengan Pulau Mendanau yang nyatanya masih satu kabupaten dengan Belitung?
Luas Pulau Mendanau tidak ada separuhnya dari Pulau Belitung. Di pulau tersebut hanya terdiri dari tiga desa yakni Desa Suak Gual, Petaling dan Selat Nasik. Akses ke pulau tersebut tidak begitu sulit, dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandang, kalian cukup naik kendaraan bisa juga menggunakan taksi atau ojek online menuju Pelabuhan Pegantongan.Â
Cukup satu kali naik kapal penyebrangan yang hanya memakan waktu 30-40 menit-an dari Pelabuhan Pegantongan Pulau Belitung. Sayangnya, di sana tidak ada kendaraan umum. Namun kalian bisa menggunakan jasa ojek pangkalan sebagai moda transportasi selama berada di sana.
Setelah lelah perjalanan, kalian bisa istirahat terlebih dahulu di Kafe Selat Nasik sebelum naik ojek. Jangan lupa selalu jaga stamina dengan menghirup aroma segar Kayu Putih Aroma.Â
Karena saat itu, saya bersama teman-teman sedang bertugas dalam pengabdian jadi seluruh akomodasi sudah disediakan oleh pihak kecamatan dan desa yang sangat baik mau menyambut kami dengan tarian tradisional sampai rela berhujan-hujanan. Akhirnya kami pun berteduh sambil menghirup aroma segar Kayu Putih Aroma yang menghangatkan hingga hujan reda.
Penginapan atau homestay hanya tersedia di Desa Suak Gual. Harga pun sangat murah meriah. Apalagi masyarakat Suak Gual sangat ramah. Dan seperti yang saya uraikan di atas, industri kreatif merambah ke dunia pariwisata, Pulau Mendanau salah satunya.
Saya dan teman-teman dibuat takjub dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di pulau tersebut. Pagal Piling namanya. Meski baru berusia muda, Pagal Piling telah meraih beberapa penghargaan dari Kementerian Pariwisata. Bahkan baru-baru ini telah menyabet juara tiga wisata berkembang terbaik di Indonesia.
Awalnya kami stuck di tengah jalan hingga KPA menyegarkan pikiran kami kembali. Akhirnya kami terinspirasi dengan sebuah plang tanda wisata yang dibuat Pokdarwis Pagal Piling di sana yang sangat artistik.Â
Di antara kami ada yang kelelahan namun begitu KPA dihirup rasa lelah itu hilang begitu saja apalagi plang itu akan kami pasang sekaligus berwisata. Siapa yang menolak diajak berwisata.
Plang pertama dipasang di beberapa titik di desa.
Perjalanan di Pulau Mendanau tersebut membuat kami ingin agar masyarakat lebih tahu lagi potensi-potensi wisata terbaik di Indonesia yang kurang dilirik. Melalui tangan-tangan kreatif pemuda Pulau Mendanau itu menjadikan wisata di sana tak hanya sekedar berenang, snorkeling namun juga bisa berfoto ria.
Selanjutnya, tak dapat dipungkiri di era digital ini, banyak atau tidaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat wisata juga ditentukan oleh tangan-tangan kreatif yang hobi menulis ulasan tempat wisata tersebut baik di media sosial atau blog seperti kompasiana ini.Â
Tulisan yang jelek membuat pembaca kurang tertarik pula mengunjungi tempat yang diulas. Namun perlu disadari bersama, dalam merangkai kata dibutuhkan stamina agar tidak stuck di tengah jalan.Â
Semoga melalui tulisan ini, banyak wisatawan tak hanya berkunjung ke Pulau Belitung saja namun juga berkunjung ke Pulau Mendanau. Begitu pula wisata-wisata lokal lainnya di Indonesia yang kurang dilirik karena minimnya informasi mengenai tempat wisata tersebut.Â
Kalau kalian ingin lebih tahu mengenai keindahan Pulau Mendanau, silahkan kunjungi Instagram Pokdarwis Pagal Piling ini .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI