Mohon tunggu...
Renold Hasan
Renold Hasan Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerjaan : Pengemis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Degradasi Nasionalisme Indonesia

13 Mei 2011   18:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:44 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum merdeka, rasa nasionalisme yang ada didada setiap rakyat Indonesia sangat tinggi bahkan meledak-ledak, namun setelah merdeka, nasionalisme itu selalu mengalami pasang surut.

Pasang surutnya nasionalisme tersebut juga tidak terlepas dari program yang diterapkan pemerintah selalu berubah-ubah seiring dengan berganti-gantinya kepala pemerintahan.

Pada saat ini, nasionalisme di Indonesia sedang mengalami degradasi. Banyak terjadi bukti empiris bahwa oknum pemimpin negeri dan kelompok masyarakat telah banyak mengabaikan kepentingan bangsa, cenderung berorientasi jangka pendek dan hanya egois mementing diri sendiri dan kelompok. Maraknya mafia peradilan, money politics, dan korupsi merupakan dampak dari degradasi nasionalisme di Indonesia. Stephen Covey dalam bukunya Principle-Centered Leadership mengemukakan 7 dosa dari pemimpin masa kini, yaitu: (1) kaya tanpa kerja, (2) hiburan tanpa hati nurani, (3) pengetahuan tanpa karakter, (4) perdagangan dan bisnis tanpa moralitas atau etika, (5) Iptek tanpa kemanusiaan, (6.) agama tanpa pengorbanan, serta (7) politik tanpa prinsip. Kebobrokan moral tersebut juga banyak dialami oleh sebagian oknum pemimpin di negeri ini.

Timor Timur telah lepas dari pangkuan tanah air akibat kebijakan keliru dari pemerintah. Berbagai konflik bernuansa SARA juga masih menghantui, seperti  kasus Ambon, dan kasus Dayak-Madura. Banyak yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami demoralisasi. Jelas bahwa nasionalisme bangsa Indonesia pada saat ini benar-benar dalam kondisi terpuruk.

Hanya ingin berbagi.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun