Nepotisme dalam dunia mahasiswa adalah isu krusial yang sering muncul dan menjadi perdebatan di khayalak. Nepotisme merujuk pada praktik menguntungkan atau memihak kepada orang-orang tertentu berdasarkan hubungan keluarga atau ikatan pribadi, tanpa mempertimbangkan kualifikasi atau kompetensi.
Penulis akan mencoba menggambarkan situasi paradoks mahasiswa terhadap kritik nepotisme yang kerap dipertontonkan oleh birokrasi yang bahkan mereka sendiri juga melakukan praktek yang serupa.
Sebagai gambaran, birokras fakultas tertentu memihak kepada salah satu figur  dalam pemilihan ketua BEM yang di duga merupakan keponakan dari birokrat. Berangkat dari hal tersebut sekelompok mahasiswa yang merasa geram akan praktek nepotisme melakukan protes yang berwujud demontrasi lapangan.
Sedangkan pada selang beberapa saat kemudian. Sekelompok mahasiswa yang sama diketahui melakukan intervensi dalam pemilihan ketua HMJ, para oknum senior mengusulkan agar figur yang dicalonkan dan menjabat harus adik-adik dalam barisan yang memiliki kedekatan emosional dengannya.
Sebenarnya, praktik Nepotisme di Lingkungan mahasiswa bukanlah hal baru. Senada dengan permisalan di atas, Saat terjadi pergantian kekuasaan di organisasi kemahasiswaan, sering terjadi persaingan untuk meraih posisi berdasarkan hubungan keluarga atau ikatan pribadi. Ini banyak sekali didapati senior yang mencoba intervensi, bahkan dengan cara apapun agar figurnya menang. Bahkan kadang-kadang konflik yang lahir berkepanjangan, tapi kata bijaknya, ini adalah "Dinamika, " Benar kah?
Dampak negatif dari nepotisme di kalangan mahasiswa dapat menjadi racun yang berbahaya bagi generasi muda, juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kampus dan pengalaman belajar. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Ketidakadilan dan Ketidaksetaraan
Mahasiswa yang mendapatkan keuntungan berdasarkan hubungan keluarga atau ikatan pribadi akan merasa tidak adil bagi mereka yang berusaha keras dan berkompeten.
Ketidaksetaraan kesempatan dapat menghambat kemajuan akademik dan karier mahasiswa yang lebih berkompeten.
Kualitas Kepemimpinan dan Pengelolaan Organisasi Mahasiswa
Jika pemimpin organisasi mahasiswa dipilih berdasarkan nepotisme, kualitas kepemimpinan dan pengelolaan organisasi dapat terganggu.
Kepemimpinan yang tidak kompeten dapat mengakibatkan ketidakstabilan dan ketidakefisienan dalam organisasi.
Kehilangan Kepercayaan
Praktik nepotisme dapat mengurangi kepercayaan mahasiswa terhadap sistem dan institusi kampus.
Mahasiswa mungkin merasa bahwa keputusan yang diambil tidak berdasarkan meritokrasi, tetapi lebih didasarkan pada hubungan pribadi.
Maka sebagai kaula muda yang membawa label mahasiswa, banyak sekali hal yang mesti dikritisi, sikap itu sebagai identitas yang dijaga, tetapi jangan sampai sikap itu bertentangan dengan apa yang dilakukan juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H