"Belajarlah dari kampus, masuklah dalam lingkungan organisasi, berproses dan berdinamika lah!" Itu adalah ujaran yang sering digaungkan oleh senior-senior anda dan saya. Itu betul. Tidak ada masalah. Yang masalah adalah ketika bentuk konflik yang menjadi hasil dalam proses itu jalan terus-menerus dan berkembang biak. Akhirnya mempersempit ruang gerak.Â
Katakanlah si A masuk kubu itu, lalu kubu B karena merasa tak didukung sebelumnya, tak akan pernah memberikan ruang kepada si A jika ia memperoleh kemenangan dalam kontestasi. Itu fenomena yang sering di jumpai, tapi tak semua juga.Â
Belajar saja dari Jokowi dan Prabowo dalam kapasitas sebagai Presiden dan Menteri. Sebersih itu hati pak Prabowo. Jokowi ini menjadi lawan dalam pertarungan politik, kemudian setelah Jokowi melanjutkan periode ke duanya, Prabowo menerima pinangan Jokowi sebagai menteri Pertahanan. Asli.Â
Dinamika politik kampus adalah sesuatu yang rumit dan kompleks. Ada yang akan naik ke puncak, ada juga yang bahkan anjlok, kemungkinan terburuk tak dapat ruang apa-apa kecuali fokus studi. Ini adalah satu golongan yang tak mau tahu dan bodoh amat. Yah kuliah saja, pun juga berorganisasi bagi mahasiswa adalah bukan lagu wajib.Â
Dalam politik kampus, mahasiswa sering terlibat dalam pertarungan strategi, gagasan, ide, pikiran dan segala macam hal. Tapi yang paling penting kalau anda mau menjadi calon pimpinan lembaga tertentu, siapkan saja duit dan koneksi orang dalam. Untuk visi misi urusan belakangan. Kalau Menang, syukuri, kalau kalah, yah itu sudah jadi kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H