Akhir tahun adalah fase paling merepotkan bagi pimpinan lembaga kampus. Era menciptakan regenerasi untuk menjadi "Sebagai."
Tulisan Ini tidak lebih dari ocehan belaka. Yang tak berharga dan tak berguna. Jika berarti itu tandanya anda sepakat.Â
Senior saya pernah bilang, "Dinamika politik Kampus itu berat, jadi kamu dinda, belajar dulu baik-baik". Saya jawab, "siap bang."
Lalu, yang dinamakan dinamika politik kampus itu tubuhnya bagaimana?
Bargaining, konsolidasi, koalisi, Mc, lobi, jejaring, konflik, kubu, aliansi, sayap, dan lain-lain adalah istilah yang kerap digunakan pada saat momentum politik kampus. Ada kelompok yang hadir sebagai oposisi dan tentunya ada petahana dengan perangkat kerasnya. Persis dengan miniatur hiruk pikuk politik bangsa.Â
Ada juga maba dengan ketidak tahuan nya, tiba-tiba di seret untuk terlibat dalam sesuatu yang dikatakan bernuansa politis, ialah PEMIRA, katakanlah!
Kalau dalam manajemen konflik, ada suatu model yang digunakan untuk jalan alternatif sepihak untuk menyelamatkan marwah organisasi, adalah model manajemen konflik Distributif, sederhana untuk kita pahami adalah Aklamasi.Â
Kenapa sampai manajemen konflik dibawa-bawa? Ia jelas toh, namanya pemira kampus pasti ada gejala dan timbul konflik. Politik itu sarat dengan kepentingan. Kepentingan si A,B,C, sampai Z.Â
Lalu ketika pihak yang diperjuangkan itu menang, kemudian orang-orang yang gerak ini dapat apa? Dapat ilmu praktis, mahasiswa sudah tahu melobi, membangun jejaring, berkomunikasi dengan baik, berkonflik juga dengan apik, asik betul mahasiswa ini.Â
Bahkan ada juga yang sampai adu jotos. Ini sudah konflik destruktif akibat merasa dicurangi, tak puas dengan keputusan yang ada, pokoknya figur yang di pilih ini kalah telak.Â