Malam ini, seperti pada malam yang telah berkesudahan, bulan sedang terang-terangnya.
Sekawanan itu berupaya menangkap bundarnya bulan meski melalui tangkapan cahaya. Keroncongan berbunyi, menghentikan aktivitas yang sedikit mengasyikkan itu.Â
Bintang, melepas baju kepanasan, masuk ke dalam kamar depan menjatuhkan kepala lalu merebah, membiarkan kawanannya gonjang-ganjing. Sementara itu, sayup-sayup deru ketokan di sebelah tirai. Berulang-ulang berusaha mengkode, ini malam sudah larut, masih saja gerombolan tak berperasaan itu mengganggu jam istirahat.
"Dikirain ini tempat cafe apa?" Batinnya.Â
Sedangkan yang lain mengepulkan asap, menghabiskan ketengan rokok saja di sebuah serambi. Langit malam sedang cerah, tetapi tidak dengan Juli, yang menyimpan amarah yang terpendam.Â
"Pik, kamu tahu tidak,...
"Tidak,"Â
"Belum diterusin pernyataan ku, goblok". Sanggah wahyu yang geram kalimatnya keburu kepotong guyonan dari rapik.Â
"Kamu tahu tidak, kenapa laki-laki itu suka pada perempuan?"
"Ya, wajarlah namanya laki-laki" sahut rapik.Â