Media sosial adalah salah satu hal yang paling krusial di era Kontemporer ini. Bagaimana tidak? Khalayak yang punya sarana informasi ini saban hari berinteraksi intens secara maya.
Dari isu lingkungan, sosial, politik, dan perkembangan global tak luput dari jangkauannya. Banyaknya manusia bumi yang bercokol dan berkehidupan atau mencari penghidupan pula didalamnya.
Beragam konten diciptakan. Dari narasi, videografi, cerita bergambar, juga cuitan-cuitan yang menggelikan tiap harinya. Hinggap kemudian pers yang katanya adalah perangkat ke empat dari demokrasi setelah Eksekutif, legislatif, dan Yudikatif singgah dan membuat indekos di ruang virtual itu.
Berangkat dari pada itu, sedikit menggambar situasi yang ada saat ini. Di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tepatnya. Gara-gara jemari yang kurang di potong "kuku kotor" sembarangan membuat cuitan pada media sosial, wa bilkhusus Facebook.
Pada beberapa hari yang lalu cuitan rasis menggemparkan kelompok tertentu. Dalam postingannya, menyebut salah satu suku yang leluhurnya adalah budak dan di perbudak. Nah, siapa yang tidak geli melihat ini. dalam cuitannya ini berdasarkan penelitian, tapi sumbernya pula tidak disebutkan. Sungguh adalah kengawuran yang hakiki.
Sudah barang tentu hal seperti yang berisiko besar pada persatuan bangsa. Tidak salah kalau UU ITE ada dan mengatur pola ini. Agar lebih berhati-hati dan bersuara. Kemerdekaan mengemukakan pendapat tidak bisa di artikan bebas semau-maunya.
Oknum pembuat cuitan itu sampai detik ini menjadi buruan empuk. Demonstrasi telah dilakukan, massa aksi yang tergabung dalam kelompok yang dihinakan dalam postingan itu, tidak akan tinggal diam. Sekarang kita melihat, ada yang blokade jalan, api membumbung meski hujan, macet pula dan menuntut untuk menangkap oknum itu.
Situasi di Kendari sedang dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Suku Muna yang tinggal di area kota ini menyala murka saat eksistensi leluhur mereka dikatai dan di kotori. Sungguh jemari yang akan selalu di kutuk peradaban jika pada akhirnya seperti ini.
Setelah aksi di Polda senin kemarin, menyusul riak-riak di depan kampus ternama. Ratusan Polisi di turunkan untuk mengamankan. Gas air mata di luncurkan, bukan cuman menjalar di jalan tapi sampai di beberapa titik di area fakultas. Polisi menembakkan gas air mata di kampus dan cukup mengganggu aktivitas perkuliahan. Ini adalah sisi lain dari pada efek cuitan tadi.
Hingga Selasa pagi, tak salah kalau Polresta Kendari memohon maaf dalam konferensi pers atas insiden kemarin. Karena ini telah menodai kampus. Tapi apa hendak di kata kalau sekelompok massa aksi itu setelah terlibat dalam lempar melempar, lalu lari di dalam kampus. Karena dalam benaknya, tidak mungkin seragam coklat masuk di area sakral itu.
Padahal Polisi seharusnya lebih berhati-hati dan tidak sembarangan juga melemparkan gas air mata. Apalagi dari video yang beredar yang di temukan oleh salah satu mahasiswa bahwa wadah gas air mata itu telah kadaluarsa. Ini juga berbahaya.
Sudah banyak informasi pemberitaan yang beredar, dalam format siber bahwa banyak pihak-pihak mengecam tindakan represif pihak kepolisian. Hanya gara-gara cuitan oknum itu, sebut saja si A, menciptakan kegaduhan seperti ini.
Lalu tiba-tiba muncul kembali cuitan baru yang provokatif dan rasis. Menganggap bahwa aksi demonstrasi yang telah dilakukan hanya mengotori area polda juga tidak berguna. Menyindir anak suku perantauan untuk menerima dan membiarkan kehinaan ini di timpakan kepada mereka.
Jelas cuitan ini yang akan menjalar kembali karena mengundang dan sifat memanas-manasi. Jika perkara ini tidak Segera di selesaikan segera, maka akan sangat mengancam suasana kerukunan kehidupan berbangsa kita.
Setelah ini entah apa lagi yang akan terjadi, aktifitas masyarakat sudah jelas terganggu. Oknum yang terkutuk itu. Secepatnya harus dibereskan untuk menghindari resiko yang lebih besar.
Karena ini menyangkut suku, jelas sangat sensitif.
Berhati-hati dalam menggunakan Media Sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H